Pendahuluan
Muntah dan gumoh sering kali terjadi hampir setiap pada bayi. Gumoh
berbeda dengan muntah. Keduanya merupakan hal biasa (normal) dan tidak
menandakan suatu hal yang serius yang terjadi pada bayi Anda. Hanya
sebagian kecil kasus muntah bayi (muntah patologis) yang menjadi
indikasi gangguan serius .
Muntah adalah keluarnya isi lambung atau esophagus melalui mulut yang
disebabkan oleh kerja motorik dari saluran pencernaan. Muntahan dapat
berupa cairan atau makanan atau cairan lambung saja. Muntah pada anak
sering menimbulkan kecemasan bagi orang tua. Hal tersebut sangat wajar,
karena muntah yang terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi (kekurangan
cairan) yang merupakan salah satu kegawatdaruratan pada anak.
Muntah harus dibedakan dengan beberapa kejadian:
1. Posetting; yaitu pengeluaran sedikit isi lambung sehabis makan,
biasanya meleleh keluar dari mulut. Hal ini tidak berbahaya dan akan
menghilang dengan sendirinya.
2. Regurgitasi; Regurgitasi disebabkan oleh ketidakmampuan sphinter
cardioesophageal atau memanjangnya waktu pengosongan lambung. sebagian
besar kejadian regurgitasi akan menghilang sendiri dengan bertambahnya
umur bayi. beberapa dapat mengganggu pertumbuhan dan menimbulkan infeksi
saluran nafas berulang.
Gumoh atau GER (gastro esophageal reflux ) pada bayi baru lahir bisa
dikatakan normal, meskipun bisa juga tidak normal. Gumoh disebut normal
jika terjadi tidak terlalu sering, berat badan bayi tidak terganggu
kenaikannya, dan tidak ada keluhan lain semisal kolik. Jika gumohnya
berlebihan sehingga mengganggu kenaikan berat badan bayi, sebaiknya
diwaspadai dan dikonsultasikan ke dokter.
Samakah muntah dan gumoh pada bayi?
Baik muntah dan gumoh pada bayi merupakan pengeluaran isi lambung.
Bedanya gumoh terjadi seperti illustrasi air yang mengalir ke bawah ,
bisa sedikit (seperti meludah) atau cukup banyak. Bersifat pasif dan
spontan. Sedangkan muntah lebih cenderung dalam jumlah banyak dan dengan
kekuatan dan atau tanpa kontraksi lambung.
Sekitar 70 % bayi berumur di bawah 4 bulan mengalami gumoh minimal 1
kali setiap harinya, dan kejadian tersebut menurun sesuai dengan
bertambahnya usia hingga 8-10 persen pada umur 9-12 bulan dan 5 persen
pada umur 18 bulan. Meskipun normal, Gumoh yang berlebihan dapat
menyebabkan berbagai komplikasi yang akan mengganggu pertumbuhan bayi.
Evaluasi klinis muntah pada neonatus
a. Muntah bilier
Dapat terjadi pada semua umur, menandakan obstruksi intestinal atau
infeksi sistemik. Abnormalitas dari anatomi traktus gastrointestinal
yang tampak pada minggu pertama kehidupan dengan muntah bilier dan
distensi abdomen termasuk di dalamnya malrotasi, volvulus, atresia usus,
sumbatan mekonium, hernia inkarserata dan agangliogenesis (Penyakit
Hirscprung)
b. Necrotizing Enterocolitis (NEC)
Necrotizing Enterocolitis merupakan kejadian inflamasi traktus
intestinal paling sering pada neonatus. Gejala dari NEC adalah distensi
abdomen, muntah bilier dan adanya darah pada tinja. Bayi baru lahir
dengan NEC dapat juga menunjukan gejala infeksi sistemik nonspesifik,
seperti letargi, apneu, suhu tidak stabil dan syok. Necrotizing
Enterocolitis terutama ditemui pada bayi preterm dan NEC juga
mempengaruhi 10% bayi yang lahir aterm.
c. Kelainan Metabolik
Inborn Errors of Metabolism harus diwaspadai akan adanya penyakit
neonatus akut. Beberapa faktor yang menyebabkan cenderung terjadinya
NEC. Keadaan terkait lainnya, termasuk letargi, hipotonia dan kejang.
Penyebab muntah dan Gumoh
Penyebab Muntah
Muntah dapat merupakan bagian dari banyak penyakit yang di derita anak
dan bayi. Penyebab utama muntah pada anak adalah infeksi saluran
pencernaan (gastroenteritris). Muntah sering terjadi mendahului diare.
Penyakit lain dapat juga menyebabkan seorang anak atau bayi muntah,
misalnya infeksi telinga (otitis media), infeksi saluran kencing,
infeksi saluran nafas, hepatitis, infeksi intracranial, peningkatan
tekanan di dalam otak (misalnya karena tumor atau perdarahan otak).
Adanya penyempitan atau atau kelainan struktur saluran pencernaan
(misalnya stenosis pylorus, megacolon konginetal) dapat memunculkan
gejala muntah pada bayi beberapa hari setelah lahir.
Disamping itu, keracunan makanan atau alergi makanan atau susu dapat
pula merangsang timbulnya gejala muntah sebelum munculnya gejala yang
lain.
Pada saat anak muntah sering diawali dengan berkeringat dingin, pucat,
keluar air ludah, bernafas dalam,nadi cepat. Muntah yang berwarna hijau
harus lebih mendapat perhatian dari orang tua karena kemungkinan bayi
atau anak menderita penyakit yang serius.
Penyebab Gumoh
1. ASI
atau susu yang diberikan melebihi kapasitas lambung. Lambung yang penuh
juga bisa bikin bayi gumoh. Ini terjadi karena makanan yang terdahulu
belum sampai ke usus, sudah diisi makanan lagi. Akibatnya si bayi
muntah. Lambung bayi punya kapasitasnya sendiri.
2. Posisi menyusui.
a. Sering
ibu menyusui sambil tiduran dengan posisi miring sementara si bayi tidur
telentang. Akibatnya, cairan tersebut tidak masuk ke saluran
pencernaan, tapi ke saluran napas. Bayi pun gumoh.
b. Pemakaian
bentuk dot. Jika si bayi suka dot besar lalu diberi dot kecil, ia akan
malas mengisap karena lama. Akibatnya susu tetap keluar dari dot dan
memenuhi mulut si bayi dan lebih banyak udara yang masuk. Udara masuk ke
lambung, membuat bayi muntah.
3. Klep
penutup lambung belum berfungsi sempurna. Dari mulut, susu akan masuk ke
saluran pencernaan atas, baru kemudian ke lambung. di antara kedua
organ tersebut terdapat klep penutup lambung. Pada bayi, klep ini
biasanya belum berfungsi sempurna.
4. Fungsi
pencernaan bayi dengan peristaltik (gelombang kontraksi pada dinding
lambung dan usus) untuk makanan dapat masuk dari saluran pencernaan ke
usus, masih belum sempurna.
5. Terlalu
aktif. Misalnya pada saat bayi menggeliat atau pada saat bayi terus
menerus menangis. Ini akan membuat tekanan di dalam perutnya tinggi,
sehingga keluar dalam bentuk muntah atau gumoh.
Mekanisme Terjadinya Muntah dan Gumoh
Mekanisme Muntah
Muntah terjadi melalui mekanisme yang sangat kompleks. Terjadinya muntah
dikontrol oleh pusat muntah yang ada di susunan saraf pusat (otak)
kita. Muntah terjadi apabila terdapat kondisi tertentu yang merangsang
pusat muntah. Rangsangan pusat muntah kemudian dilanjutkan ke diafragma
(suatu sekat antara dada dan perut) dan otot-otot lambung, yang
mengakibatkan penurunan diafragma dan kontriksi (pengerutan) otot-otot
lambung. Hal tersebut selanjutnya mengakibatkan peningkatan tekanan di
dalam perut khususnya lambung dan mengakibatkan keluarnya isi lambung
sampai ke mulut.
Beberapa kondisi yang dapat merangsang pusat muntah di antaranya
berbagai gangguan di saluran pencernaan baik infeksi (termasuk
gastroenteritis) dan non infeksi (seperti obstruksi saluran pencernaan),
toksin (racun) di saluran pencernaan, gangguan keseimbangan, dan
kelainan metabolik.
Mekanisme Gumoh
Mekanisme gumoh adalah susu yang diminum bayi seharusnya turun dari
lambung ke usus. Tapi, pada beberapa bayi, proses pengosongan lambungnya
agak lambat, karena kapasitas lambung yang belum maksimal, serta katup
atau celah di kerongkongan yang belum kuat. Akibatnya, air susu akan
mengalir kembali (reflux ) ke atas. Kalau reflux -nya sangat hebat, bisa
menimbulkan komplikasi seperti iritasi kerongkongan, batuk berulang,
dan kesulitan makan di kemudian hari.
Penatalaksanaan Muntah dan Gumoh
Penatalaksanaan Muntah
Penatalaksanaan awal pada pasien dengan keluhan muntah adalah
mengkoreksi keadaan hipovolemi dan gangguan elektrolit. Pada penyakit
gastroenteritis akut dengan muntah, obat rehidrasi oral biasanya sudah
cukup untuk mengatasi dehidrasi.
Pada muntah bilier atau suspek obstuksi intestinal penatalaksanaan
awalnya adalah dengan tidak memberikan makanan secara peroral serta
memasang nasogastic tube yang dihubungkan dengan intermittent suction.
Pada keadaan ini memerlukan konsultasi dengan bagian bedah untuk
penatalaksanaan lebih lanjut.
Pengobatan muntah ditujukan pada penyebab spesifik muntah yang dapat
diidentifikasi. Penggunaan antiemetik pada bayi dan anak tanpa
mengetahui penyebab yang jelas tidak dianjurkan. Bahkan kontraindikasi
pada bayi dan anak dengan gastroenteritis sekunder atau kelainan
anatomis saluran gastrointestinal yang merupakan kasus bedah misalnya,
hiperthrophic pyoric stenosis (HPS), apendisitis, batu ginjal, obstruksi
usus, dan peningkatan tekanan intrakranial. Hanya pada keadaan tertentu
antiemetik dapat digunakan dan mungkin efektif, misalnya pada mabuk
perjalanan (motion sickness), mual dan muntah pasca operasi, kemoterapi
kanker, muntah siklik, gastroparesis, dan gangguan motilitas saluran
gastrointestinal.
Terapi farmakologis muntah pada bayi dan anak adalah sebagai berikut :
a. Antagonis dopamin
Tidak diperlukan pada muntah akut disebabkan infeksi gastrointestinal
karena biasanya merupakan self limited. Obat-obatan antiemetik biasanya
diperlukan pada muntah pasca operasi, mabuk perjalanan, muntah yang
disebabkan oleh obat-obatan sitotoksik, dan penyakit refluks
gastroesofageal. Contohnya Metoklopramid dengan dosis pada bayi 0.1
mg/kgBB/kali PO 3-4 kali per hari. Pasca operasi 0.25 mg/kgBB per dosis
IV 3-4 kali/hari bila perlu.
Dosis maksimal pada bayi 0.75 mg/kgBB/hari. Akan tetapi obat ini
sekarang sudah jarang digunakan karena mempunyai efek ekstrapiramidal
seperti reaksi distonia dan diskinetik serta krisis okulonergik.
Domperidon adalah obat pilihan yang banyak digunakan sekarang ini
karenadapat dikatakan lebih aman. Domperidon merupakan derivate
benzimidazolin yang secara invitro merupakan antagonis dopamine.
Domperidon mencegah refluks esophagus berdasarkan efek peningkatan tonus
sfingter esophagus bagian bawah.
b. Antagonisme terhadap histamine (AH1)
Diphenhydramine dan Dimenhydrinate (Dramamine) termasuk dalam golongan
etanolamin. Golongan etanolamin memiliki efek antiemetik paling kuat
diantara antihistamin (AH1) lainnya. Kedua obat ini bermanfaat untuk
mengatasi mabuk perjalanan (motion sickness) atau kelainan vestibuler.
Dosisnya oral: 1-1,5mg/kgBB/hari dibagi dalam 4-6 dosis. IV/IM: 5
mg/kgBB/haridibagi dalam 4 dosis.
c. Prokloperazin dan Klorpromerazin
Merupakan derivate fenotiazin. Dapat mengurangi atau mencegah muntah
yang disebabkan oleh rangsangan pada CTZ. Mempunyai efek kombinasi
antikolinergik dan antihistamin untuk mengatasi muntah akibat
obat-obatan, radiasi dan gastroenteritis. Hanya boleh digunakan untuk
anak diatas 2 tahun dengan dosis 0.4–0.6 mg/kgBB/hari tiap dibagi dalam
3-4 dosis, dosis maksimal berat badan <20>
d. Antikolinergik
Skopolamine dapat juga memberikan perbaikan pada muntah karena faktor
vestibular atau stimulus oleh mediator proemetik. Dosis yang digunakan
adalah 0,6 mikrogram/kgBB/ hari dibagi dalam 4 dosis dengan dosis
maksimal 0,3mg per dosis.
e. 5-HT3 antagonis serotonin
Yang sering digunakan adalah Ondanasetron. Mekanisme kerjanya diduga
dilangsungkan dengan mengantagonisasi reseptor 5-HT yang terdapat pada
CTZ di area postrema otak dan mungkin juga pada aferen vagal saluran
cerna. Ondansentron tidak efektif untuk pengobatan motion sickness.
Dosis mengatasi muntah akibat kemoterapi 4–18 tahun: 0.15 mg/kgBB IV 30
menit senelum kemoterapi diberikan, diulang 4 dan 8 jam setelah dosis
pertama diberikan kemudiansetiap 8 jam untuk 1-2 hari berikutnya. Dosis
pascaoperasi: 2–12 yr <40>40 kg: 4 mg IV; >12 yr: dosis dewasa8
mg PO/kali.
Penatalaksanaan Gumoh
Pada bayi yang gumoh normal, penanganannya cukup dengan positioning.
Bisa dengan posisi tidur atau posisi disendawakan. Sendawa akan membantu
mempercepat pengosongan lambung bayi. Gumoh biasanya akan hilang
sendiri di usia sekitar 3 bulan, seiring perkembangan katup yang semakin
kuat.
Gumoh yang patut diwaspadai adalah bila bayi gumoh setiap kali habis
minum susu. Takutnya ada kelainan yang disebut GERD (gastro esophageal
reflux disease ). Gumoh berlebihan akan membuat berat badan bayi tidak
naik, komplikasi batuk berulang, serta kesulitan makan di kemudian hari
karena kerongkongan teriritasi. GERD harus diberi obat untuk mempercepat
pengosongan lambung.
http://www.duniabidan.com/2011/10/muntah-dan-gumoh-pada-neonatus-dan.html
Sumber Pustaka
http://bidanpurnama.wordpress.com/2011/01/08/muntah-pada-bayi-dan-anak/
http://smartpatient.wordpress.com/2010/02/12/muntah/
http://kuliahbidan.wordpress.com/2008/07/19/bayi-anda-gumoh-atau-muntah/
http://www.tabloidnova.com/Nova/Kesehatan/Anak/Masalah-masalah-Kesehatan-Si-Kecil
http://rinimustikasari.blogspot.com/2009/11/muntah-pada-bayi-dan-anak.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar