Rabu, 16 September 2015

Muntah dan Gumoh pada Neonatus dan tata pelaksanaanya

Pendahuluan
Muntah dan gumoh sering kali terjadi hampir setiap pada bayi. Gumoh berbeda dengan muntah. Keduanya merupakan hal biasa (normal) dan tidak menandakan suatu hal yang serius yang terjadi pada bayi Anda. Hanya sebagian kecil kasus muntah bayi (muntah patologis) yang menjadi indikasi gangguan serius .
Muntah adalah keluarnya isi lambung atau esophagus melalui mulut yang disebabkan oleh kerja motorik dari saluran pencernaan. Muntahan dapat berupa cairan atau makanan atau cairan lambung saja. Muntah pada anak sering menimbulkan kecemasan bagi orang tua. Hal tersebut sangat wajar, karena muntah yang terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi (kekurangan cairan) yang merupakan salah satu kegawatdaruratan pada anak.


Muntah harus dibedakan dengan beberapa kejadian:
1. Posetting; yaitu pengeluaran sedikit isi lambung sehabis makan, biasanya meleleh keluar dari mulut. Hal ini tidak berbahaya dan akan menghilang dengan sendirinya.
2. Regurgitasi; Regurgitasi disebabkan oleh ketidakmampuan sphinter cardioesophageal atau memanjangnya waktu pengosongan lambung. sebagian besar kejadian regurgitasi akan menghilang sendiri dengan bertambahnya umur bayi. beberapa dapat mengganggu pertumbuhan dan menimbulkan infeksi saluran nafas berulang.
Gumoh atau GER (gastro esophageal reflux ) pada bayi baru lahir bisa dikatakan normal, meskipun bisa juga tidak normal. Gumoh disebut normal jika terjadi tidak terlalu sering, berat badan bayi tidak terganggu kenaikannya, dan tidak ada keluhan lain semisal kolik. Jika gumohnya berlebihan sehingga mengganggu kenaikan berat badan bayi, sebaiknya diwaspadai dan dikonsultasikan ke dokter.



Samakah muntah dan gumoh pada bayi?
Baik muntah dan gumoh pada bayi merupakan pengeluaran isi lambung. Bedanya gumoh terjadi seperti illustrasi air yang mengalir ke bawah , bisa sedikit (seperti meludah) atau cukup banyak. Bersifat pasif dan spontan. Sedangkan muntah lebih cenderung dalam jumlah banyak dan dengan kekuatan dan atau tanpa kontraksi lambung.
Sekitar 70 % bayi berumur di bawah 4 bulan mengalami gumoh minimal 1 kali setiap harinya, dan kejadian tersebut menurun sesuai dengan bertambahnya usia hingga 8-10 persen pada umur 9-12 bulan dan 5 persen pada umur 18 bulan. Meskipun normal, Gumoh yang berlebihan dapat menyebabkan berbagai komplikasi yang akan mengganggu pertumbuhan bayi.

Evaluasi klinis muntah pada neonatus
a. Muntah bilier

Dapat terjadi pada semua umur, menandakan obstruksi intestinal atau infeksi sistemik. Abnormalitas dari anatomi traktus gastrointestinal yang tampak pada minggu pertama kehidupan dengan muntah bilier dan distensi abdomen termasuk di dalamnya malrotasi, volvulus, atresia usus, sumbatan mekonium, hernia inkarserata dan agangliogenesis (Penyakit Hirscprung)

b. Necrotizing Enterocolitis (NEC)

Necrotizing Enterocolitis merupakan kejadian inflamasi traktus intestinal paling sering pada neonatus. Gejala dari NEC adalah distensi abdomen, muntah bilier dan adanya darah pada tinja. Bayi  baru lahir dengan NEC dapat juga menunjukan gejala infeksi sistemik nonspesifik, seperti letargi, apneu, suhu tidak stabil dan syok. Necrotizing Enterocolitis terutama ditemui pada bayi preterm dan NEC juga mempengaruhi 10% bayi yang lahir aterm.

c. Kelainan Metabolik

Inborn Errors of Metabolism harus diwaspadai akan adanya penyakit neonatus akut. Beberapa faktor yang menyebabkan cenderung terjadinya NEC. Keadaan terkait lainnya, termasuk letargi, hipotonia dan kejang.

Penyebab muntah dan Gumoh
Penyebab Muntah
Muntah dapat merupakan bagian dari banyak penyakit yang di derita anak dan bayi. Penyebab utama muntah pada anak adalah infeksi saluran pencernaan (gastroenteritris). Muntah sering terjadi mendahului diare. Penyakit lain dapat juga menyebabkan seorang anak atau bayi muntah, misalnya infeksi telinga (otitis media), infeksi saluran kencing, infeksi saluran nafas, hepatitis, infeksi intracranial, peningkatan tekanan di dalam otak (misalnya karena tumor atau perdarahan otak).
Adanya penyempitan atau atau kelainan struktur saluran pencernaan (misalnya stenosis pylorus, megacolon konginetal) dapat memunculkan gejala muntah pada bayi beberapa hari setelah lahir.
Disamping itu, keracunan makanan atau alergi makanan atau susu dapat pula merangsang timbulnya gejala muntah sebelum munculnya gejala yang lain.
Pada saat anak muntah sering diawali dengan berkeringat dingin, pucat, keluar air ludah, bernafas dalam,nadi cepat. Muntah yang berwarna hijau harus lebih mendapat perhatian dari orang tua karena kemungkinan bayi atau anak menderita penyakit yang serius.

Penyebab Gumoh
1. ASI atau susu yang diberikan melebihi kapasitas lambung. Lambung yang penuh juga bisa bikin bayi gumoh. Ini terjadi karena makanan yang terdahulu belum sampai ke usus, sudah diisi makanan lagi. Akibatnya si bayi muntah. Lambung bayi punya kapasitasnya sendiri.
2. Posisi menyusui.
a. Sering ibu menyusui sambil tiduran dengan posisi miring sementara si bayi tidur  telentang. Akibatnya, cairan tersebut tidak masuk ke saluran pencernaan, tapi ke  saluran napas. Bayi pun gumoh.
b. Pemakaian bentuk dot. Jika si bayi suka dot besar lalu diberi dot kecil, ia akan malas mengisap karena lama. Akibatnya susu tetap keluar dari dot dan memenuhi mulut si bayi dan lebih banyak udara yang masuk. Udara masuk ke lambung, membuat bayi muntah.
3. Klep penutup lambung belum berfungsi sempurna. Dari mulut, susu akan masuk ke saluran pencernaan atas, baru kemudian ke lambung. di antara kedua organ tersebut terdapat klep penutup lambung. Pada bayi, klep ini biasanya belum berfungsi sempurna.
4. Fungsi pencernaan bayi dengan peristaltik (gelombang kontraksi pada dinding lambung dan usus) untuk makanan dapat masuk dari saluran pencernaan ke usus, masih belum sempurna.
5. Terlalu aktif. Misalnya pada saat bayi menggeliat atau pada saat bayi terus menerus menangis. Ini akan membuat tekanan di dalam perutnya tinggi, sehingga keluar dalam bentuk muntah atau gumoh.

Mekanisme Terjadinya Muntah dan Gumoh
Mekanisme Muntah
Muntah terjadi melalui mekanisme yang sangat kompleks. Terjadinya muntah dikontrol oleh pusat muntah yang ada di susunan saraf pusat (otak) kita. Muntah terjadi apabila terdapat  kondisi tertentu yang merangsang pusat muntah. Rangsangan pusat muntah kemudian dilanjutkan ke diafragma (suatu sekat antara dada dan perut) dan otot-otot lambung, yang mengakibatkan penurunan diafragma  dan kontriksi (pengerutan) otot-otot lambung. Hal tersebut selanjutnya mengakibatkan peningkatan tekanan di dalam perut khususnya lambung dan mengakibatkan keluarnya isi lambung sampai ke mulut.
Beberapa kondisi yang dapat merangsang pusat muntah di antaranya berbagai gangguan di saluran pencernaan baik infeksi (termasuk gastroenteritis) dan non infeksi (seperti obstruksi saluran pencernaan), toksin (racun) di saluran pencernaan, gangguan keseimbangan, dan kelainan metabolik.

Mekanisme Gumoh
Mekanisme gumoh adalah susu yang diminum bayi seharusnya turun dari lambung ke usus. Tapi, pada beberapa bayi, proses pengosongan lambungnya agak lambat, karena kapasitas lambung yang belum maksimal, serta katup atau celah di kerongkongan yang belum kuat. Akibatnya, air susu akan mengalir kembali (reflux ) ke atas. Kalau reflux -nya sangat hebat, bisa menimbulkan komplikasi seperti iritasi kerongkongan, batuk berulang, dan kesulitan makan di kemudian hari.

Penatalaksanaan Muntah dan Gumoh

Penatalaksanaan Muntah
Penatalaksanaan awal pada pasien dengan keluhan muntah adalah mengkoreksi keadaan hipovolemi dan gangguan elektrolit. Pada penyakit gastroenteritis akut dengan muntah, obat rehidrasi oral biasanya sudah cukup untuk mengatasi dehidrasi.
Pada muntah bilier atau suspek obstuksi intestinal penatalaksanaan awalnya adalah dengan tidak memberikan makanan secara peroral serta memasang nasogastic tube yang dihubungkan dengan intermittent suction. Pada keadaan ini memerlukan konsultasi dengan bagian bedah untuk penatalaksanaan lebih lanjut.
Pengobatan muntah ditujukan pada penyebab spesifik muntah yang dapat diidentifikasi. Penggunaan antiemetik pada bayi dan anak tanpa mengetahui penyebab yang jelas tidak dianjurkan. Bahkan kontraindikasi pada bayi dan anak dengan gastroenteritis sekunder atau kelainan anatomis saluran gastrointestinal yang merupakan kasus bedah misalnya, hiperthrophic pyoric stenosis (HPS), apendisitis, batu ginjal, obstruksi usus, dan peningkatan tekanan intrakranial. Hanya pada keadaan tertentu antiemetik dapat digunakan dan mungkin efektif, misalnya pada mabuk perjalanan (motion sickness), mual dan muntah pasca operasi, kemoterapi kanker, muntah siklik, gastroparesis, dan gangguan motilitas saluran gastrointestinal.

Terapi farmakologis muntah pada bayi dan anak adalah sebagai berikut :
a. Antagonis dopamin
Tidak diperlukan pada muntah akut disebabkan infeksi gastrointestinal karena biasanya merupakan self limited. Obat-obatan antiemetik biasanya diperlukan pada muntah pasca operasi, mabuk perjalanan, muntah yang disebabkan oleh obat-obatan sitotoksik, dan penyakit refluks gastroesofageal. Contohnya Metoklopramid dengan dosis pada bayi 0.1 mg/kgBB/kali PO 3-4 kali per hari. Pasca operasi 0.25 mg/kgBB per dosis IV 3-4 kali/hari bila perlu.
Dosis maksimal pada bayi 0.75 mg/kgBB/hari. Akan tetapi obat ini sekarang sudah jarang digunakan karena mempunyai efek ekstrapiramidal seperti reaksi distonia dan diskinetik serta krisis okulonergik.
Domperidon adalah obat pilihan yang banyak digunakan sekarang ini karenadapat dikatakan lebih aman. Domperidon merupakan derivate benzimidazolin yang secara invitro merupakan antagonis dopamine. Domperidon mencegah refluks esophagus berdasarkan efek peningkatan tonus sfingter esophagus bagian bawah.
b. Antagonisme terhadap histamine (AH1)
Diphenhydramine dan Dimenhydrinate (Dramamine) termasuk dalam golongan etanolamin. Golongan etanolamin memiliki efek antiemetik paling kuat diantara antihistamin (AH1) lainnya. Kedua obat ini bermanfaat untuk mengatasi mabuk perjalanan (motion sickness) atau kelainan vestibuler. Dosisnya oral: 1-1,5mg/kgBB/hari dibagi dalam 4-6 dosis. IV/IM: 5 mg/kgBB/haridibagi dalam 4 dosis.
c. Prokloperazin dan Klorpromerazin
Merupakan derivate fenotiazin. Dapat mengurangi atau mencegah muntah yang disebabkan oleh rangsangan pada CTZ. Mempunyai efek kombinasi antikolinergik dan antihistamin untuk mengatasi muntah akibat obat-obatan, radiasi dan gastroenteritis. Hanya boleh digunakan untuk anak diatas 2 tahun dengan dosis 0.4–0.6 mg/kgBB/hari tiap dibagi dalam 3-4 dosis, dosis maksimal berat badan <20>
d. Antikolinergik
Skopolamine dapat juga memberikan perbaikan pada muntah karena faktor vestibular atau stimulus oleh mediator proemetik. Dosis yang digunakan adalah 0,6 mikrogram/kgBB/ hari dibagi dalam 4 dosis dengan dosis maksimal 0,3mg per dosis.
e. 5-HT3 antagonis serotonin
Yang sering digunakan adalah Ondanasetron. Mekanisme kerjanya diduga dilangsungkan dengan mengantagonisasi reseptor 5-HT yang terdapat pada CTZ di area postrema otak dan mungkin juga pada aferen vagal saluran cerna. Ondansentron tidak efektif untuk pengobatan motion sickness. Dosis mengatasi muntah akibat kemoterapi 4–18 tahun: 0.15 mg/kgBB IV 30 menit senelum kemoterapi diberikan, diulang 4 dan 8 jam setelah dosis pertama diberikan kemudiansetiap 8 jam untuk 1-2 hari berikutnya. Dosis pascaoperasi: 2–12 yr <40>40 kg: 4 mg IV; >12 yr: dosis dewasa8 mg PO/kali.

Penatalaksanaan Gumoh
Pada bayi yang gumoh normal, penanganannya cukup dengan positioning. Bisa dengan posisi tidur atau posisi disendawakan. Sendawa akan membantu mempercepat pengosongan lambung bayi. Gumoh biasanya akan hilang sendiri di usia sekitar 3 bulan, seiring perkembangan katup yang semakin kuat.

Gumoh yang patut diwaspadai adalah bila bayi gumoh setiap kali habis minum susu. Takutnya ada kelainan yang disebut GERD (gastro esophageal reflux disease ). Gumoh berlebihan akan membuat berat badan bayi tidak naik, komplikasi batuk berulang, serta kesulitan makan di kemudian hari karena kerongkongan teriritasi. GERD harus diberi obat untuk mempercepat pengosongan lambung.

http://www.duniabidan.com/2011/10/muntah-dan-gumoh-pada-neonatus-dan.html
Sumber Pustaka

http://bidanpurnama.wordpress.com/2011/01/08/muntah-pada-bayi-dan-anak/
http://smartpatient.wordpress.com/2010/02/12/muntah/
http://kuliahbidan.wordpress.com/2008/07/19/bayi-anda-gumoh-atau-muntah/
http://www.tabloidnova.com/Nova/Kesehatan/Anak/Masalah-masalah-Kesehatan-Si-Kecil
http://rinimustikasari.blogspot.com/2009/11/muntah-pada-bayi-dan-anak.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar