Jumat, 04 September 2015

CERPEN MOMENT OF SENIOR HIGH SCHOOL



by : Okta Sariya Putri

 HILANG SEKETIKA

Pagi hari yang cerah, dengan terbitnya matahari di ufuk timur membuat mata ku merasa masih ingin kembali tidur di tempat tidurku, dengan diiringi cuaca dingin dan diselimuti dengan selimut yang hangat menambah suasana ingin memejamkan mata kembali, tidak tahu mengapa perutku rasanya sakit, dengan cepat aku pergi ke kamar mandi, sekaligus mandi dengan bersih dan wangi untuk pergi kesekolah. “aduhhh dingin sekali cuaca pada hari ini” kataku saat memegang tangan dipipiku. Dengan sarapan nasi goreng seperti biasanya di meja makan sudah mengganjal perutku di hari pagi yang dingin tersebut.
Di hari senin yang dipenuhi embun pagi, aku dan teman-temanku SMP memulai menyiapkan segala perlengkapan upacara, dan menyiapkan diri untuk menjadi petugas upacara. Sebelumnya kami semua telah berlatih untuk menyiapkan hasil yang maksimal.
Esok paginya Tio menghampiri ku, Dia seseorang yang membantuku di saat aku dalam kesulitan atau dalam keadaan apapun. Dia baru habis pulang dari luar kota, aku juga tidak tahu mengapa dia pergi kesana, katanya dia menjenguk keluarganya yang sakit. Tio itu sahabat kecilku hingga sampai kelas 9 sekarang. Tidak tahu mengapa perasaan itu dapat berubah menjadi perasaan yang lain yang awalnya aku juga tak mengerti artinya perasaan yang kualami ini. Hingga suatu hari tio menyatakan perasaannya disaat aku sedang belajar di kelas. Aku terkejut dan aku pun mempunyai perasaan yang sama sepertinya, walaupun banyak yang berkata cinta monyet yakni cintanya anak remaja semasa ku tapi aku mengerti akan hal itu dan jawab ku “aku mau”.
“Oktaaa” teriak venika sahabatku dari arah belakang podium.
“iya ven”sahut diriku.
“mengapa kok sampai teriak segala”,
“hahaa sory-sory Ta. kamu tahu nggak kalo sekolah mau ngadain perpisahan terus panitianya masih di cari”.
“serius, aku belum tau tu dan belum denger ceritanya”
“iya aku juga baru tahu dari pak Wakil Kesiswaan, kalo kita pulang sekolah nanti kumpul di laboratorium.” Kata tio.
Di hari itu kami semua membicarakan acara perpisahan dikelas, serta belajar fisika saat dikelas menjadi berisik dan pecahnya konsentrasi, bel pulang sekolah pun berbunyi, aku dan kedua sahabatku dan tio serta teman-teman yang lain yakni sekumpulan OSIS mendatangi ruang labor. Aku dan temanku yang lain telah bersiap berkumpul untuk membicarakan perpisahan, tak lama kemudian Bapak Wakil Kesiswaan dan Ibu Pembina OSIS datang.Ternyata aku dimasukan menjadi panitia inti yang dimana aku dipasangkan dengan sahabat ku sendiri yakni venika. Serta tio menjadi wakil panitia  pengurus. Kami dapat berkumpul terus dalam hal ini. Bersama venika, piki, dan seseorang spesial yakni tio.
Seperti biasanya aku, venika dan piki sehabis pulang sekolah masih kumpul bersama di rumahku, untuk makan bareng, bercerita bareng, sambil sama-sama memegang dan membaca novel. Hp ku pun berbunyi (maaf yah aku hari ini nggak bisa kumpul bareng kalian karena mama ku ngajak kekantor papaku. From : Tio)
“Siapa ta” tanya piki.
“ohh ini tio ngirim pesan katanya dia nggak bisa datang”jawabku.
Tidak tahu mengapa tiba-tiba air mata ku menetes, aku juga bingung apakah mungkin novel yang kubaca membuatku sedih ataukah ada ingatan kembali yang membuatku sedih mengenai perpisahan sehabis SMP ini.
(isi diaryku)
“aku kan merindukan dimana saat aku tiba-tiba akan terjatuh, kalian yang akan mebangunkan aku untuk membuat diriku bangkit kembali atas perih ini, aku disini duduk bersedih karena aku takut, takut bukan semuanya akan pergi, tapi takut karena waktu yang datang membuat aku akan kehilangan”
tiba-tiba aku segera menutup diary ku.
Mereka berdua menatap mata ku di pantulan kaca di tempat tidurku
“hey kamu nangis ya!!!” kata piki sambil melihat mataku yang sembab.
“nggak apa-apa kok aku cuma sedih dan berpikir aja nggak akan ada belajar bareng lagi seperti ini”.
“nggak lah ta, kita kan one for all, all for one Best Friend Forever, jangan ada kata perpisahan buat kita” kata piki dan venika.
Disaat itu kami berpelukkan.
Hari sudah menunjukkan sore, mereka berdua pun pulang kerumah.
Aku menulis diary lagi
begitu indah untuk dikenang setiap detik kisah yang terukir, ribuan kata penuh sanjungan dan pujian, begitu juga saat sepi mulai menguasai ingatanku, aku terjebak dalam indah dan pahitny kesendirian ini, aku sekuat tenaga bertahan meskipun aku tahu nantinya juga akan rapuh”.
keesokan harinya Tio menghampiri ku dan memanggilku aku pun menoreh. “iya ada apa Tio” jawabku. “hari ini kayak biasanya kan... kita kumpul dirumah kamu sekalian belajar bareng sama ngomongin soal anggaran perpisahan”
“aku sihh terserah kalian aja, tapi kok minggu ini kamu sibuk terus yah”
“iya apa nggak kok, perasaan kamu aja” jawab tio.
Tio memberikan aku sebuah novel yang berjudul “Kesempurnaan Sahabat Dalam Satu Cinta” dia membelinya saat kemarin ketoko buku, kami pun menunggu venika dan piki di taman sekolah, sambil aku membaca novel darinya. Dia hanya terdiam sambil melihatku membaca novel darinya. Tio memang anaknya memiliki sosialisasi yang tinggi, teliti, memiliki wajah yang manis, sehingga dia dapat dipercaya menjadi wakil panitia perpisahan, dan wakil ketua OSIS, kami telah menjalani hubungan yang orang-orang banyak melihat seperti sahabat biasanya yang orang lain belum tahu. Padahal kami sudah menjalani hubungan cinta monyet sudah setengah tahun. Hanya saja kami orang nya nggak berlebihan dan biasa saja.
Tak lama kemudian piki dan venika datang. “aduhh gimana ini kita belajar kerumah okta,kayaknya batal dehh”kata piki.
“emang kenapa si datang-datang kayaknya panik banget” sahut tio.
“iya ni guys, mama aku kan mau pergi arisan, biasa ibu-ibu... jadi aku harus nungguin rumah, mana adik aku belum pulang sekolah lagi”
“ooo.itu nggak usah bingung kirain apa, yah.. di rumah kamu aja kita belajarnya sekalian main”jawab venika.
“okeoke kita setuju”jawab aku dan tio kompak.
Ketika kami sampai dirumah piki, kami mengerjakan tugas fisika, sekalian menghitung anggaran perpisahan. Suasana sepi dan suntuk pun terasa... dikarenakan kami terlalu serius mengerjakan semuanya.
“akhirnya selesai juga tugas kita tinggal di kumpul besok dehh semuanya, sekalian minta persetujuan”kata ku.
“sekarang kan tugas nya sudah selesai semuanya, mau nggak kita main apa gitu  yang nggak buat kita bosen kayak gini, tugas juga udah selesai kan” kata Tio.
“okeoke kita setuju”jawab aku dan venika.
“eitss aku ada ide gimana kalo kita main kartu remi, siapa kalah dia dicoret pipinya” sahut piki.
“haha boleh-boleh tu”
“bentar yah aku ambilin dulu sekalian bawak makanan sama minuman”
          Di saat kami bermain remi, dan sangat lucunya tio yang banyak di coret dan berantakan mukanya gara-gara aku, venika dan piki mencoretnya. Tak terhenti aku tertawa melihat wajahnya, tetapi dia hanya tersenyum melihatku.
Sekarang untuk pertama kalinya aku kalah.                   
“aduhh aku kalah uhh jangan banyak-banyak yah mencoretnya” kataku.
“haha akhirnya kamu kalah juga” kata piki sambil mencoret.
“hehe sini aku coret dulu, kamu kan belum pernah kalah hari ini” kata
venika.
“uuhh kalian ini” kataku.                                               
“eittsss Tio kamu nggak coret muka okta apa dia kan yang paling banyak mencoret muka kamu” ujar venika.
“iya-iya ini lagi mau ku coret” jawab Tio.
Disaat tio ingin mencoret pipiku, di saat itu pula dia menatapku, disana aku dalam kekakuan menggerakkan tangan pun sulit, hatiku berdebar dan tanganku dingin. Terkejut aku disaat dia langsung tiba-tiba mencoret pipiku.
“aduh,”serentak ku.
“kamu sih pake ngelamun” ujar tio.
Dan aku pun cepat mengalihkan pandangan, tiba-tiba papa ku menelpon menyuruh aku pulang karena hari sudah menunjukkan sore, aku segera pulang dengan diantar tio. Setiba di depan rumah tio berpamitan denganku. Aku pun segera masuk rumah, mandi dan istirahat.
Isi diaryku
(hari yang indah dimana tak dapat ku menghitung karuniamu Tuhan, engkau berikan bintang menemaniku setiap malam yang dimana aku bulan menerangi malam hari dengan kesendirian, engkau berikanku air disaat aku membutuhkannya untuk segala hal, engkau berikan mentari yang membuatku tetap bersinar.terima kasih untuk hari ini Tuhan)

Kebersamaan ku bersama 2 orang sahabat ku terus kulalui bersama piki, venika dan tio setiap hari. Sampai akhirnya perpisahan sekolah pun datang. Kami ber empat menampilkan penampilan yang begitu berbeda dan sangat memukau. Disana tio melihat dan menatapku dari kejauhan, di dekat panggung ternyata sudah ada venika dan piki mereka bertiga melambaikan tangan dan aku segera menghampiri mereka. Kami lakukan semuanya dengan sesi foto-foto, foto untuk kenangan di masa yang akan datang bersama guru-guru juga.Tidak lupa aku pun berfoto berdua bersama tio dengan difoto venika, setelah itu bersama venika dan piki juga tidak ketinggalan.
Disaat paduan suara menyanyi dgn judul kemesraan aku pun membaca puisi yang berjudul sahabat diatas panggung.
(Puisi sahabat)
Biarkan bola lampu padam, asalkan tak menyimpan dendam,
Biarkan bintang jatuh, asalkan bulan tak sedih,
Meskipun lilin sangatlah terang sahabat yang tetap benderang.
.
Ketika semua hilang, hilang tak terkendali,
Dia yang datang membuat pelangi yang indah,
Menjadi yang diinginkan, ketika menginginkan,
Tak dapat ku mengukur kekurangan ketika kau datang membawa kelebihan,
.
Air mata tak dapat menahan sakitnya hati,
Bunga mawar yang diberi menusuk luka yang sakit,
Sehingga air mata menetes demi seorang sahabat.

Karya: Okta Sariya Putri

Aku tersedih dan menangis dengan membawa suasana puisi ku dengan citraan yang sedih. Perpisahan akhirnya usai juga, kami melaksanakan pepisahan tersebut dengan perasaan sedih, senang dan bahagia kami utarakan semuanya disana. Setelah perpisahan selesai kami pulang kerumah masing-masing.
(isi diaryku)
jika kisah ini dapat diulang mungkin aku akan mengambilnya yang menurutku bahagia, dan akan kuhapus kesedihan dalam kisah ini. Aku yang disini hanyalah tamu bisu, yang hanya dapat menulis kisahku di kertas ini, dengan semua rangkaian kata yang ku rangkai dengan sendirinya.”
Keesokan harinya kami mengisi kertas yang diberikan Kepsek kepada kami untuk SMA mana yang akan kami tuju. Kami berempat pun menulis SMA yang kami tuju tersebut. Kami tidak saling memberi tahu. Aku terkejut kami berempat lulus dengan SMA apa yang kami tulis berempat dikertas tersebut dengan di urus dari sekolah. Disaat aku melihat kami memiliki SMA yang berbeda aku hanya tersenyum dan tak bisa berkata. Dan yang saat aku terkejut Tio akan pindah ke Bandung dan meninggalkan semuanya yang ada dikota ini. Aku pun langsung berlari duduk di taman sekolah sambil berdiam diri. Ternyata tio menghampiriku.
“maaf ya ta, aku kemarin nggak bilang awalnya sama kamu kalo aku bakal pindah ke SMA di Bandung, aku juga nggak tau kalo papa ku bakal pindah dinasnya di Bandung” kata tio  memberi alasan kepadaku.
“ooo.. itu alasannya, terusss......” kataku.
“aku cuma mau bilang kalo kita putus aja, nggak mungkin kita menjalin hubungan jarak jauh yan belum tentu juga aku akan setiap saat di Palembang ini” kata Tio.
“ooo. Itu oke nggak apa-apa”(sambil menundukkan kepala).
“Kamu sedih yah, maafin aku yah,kalo aku buat kamu sedih, aku nggak bisa liat kamu nangis atau pun sedih kayak gini” kata Tio.
“hah... sedih nggak kok, aku memang sudah nyangka kalo kamu bakal ngucapin kata itu, dan aku bisa menerima semuanya.” Kataku dalam kepasrahan.
Kebetulan disaat dia sedang berbicara dengan ku, tiba-tiba kakakku datang menjemputku, aku pun pulang sambil memalingkan muka kepadanya. Disaat itu aku pun masih dapat tersenyum sambil menyapa dua orang sahabatku.
Sesampai dirumah aku menangis dalam kesendirianku dikamar.
(isi diaryku)
inilah hal yang ku takutkan, aku kan merasa sendiri dalam kehilanganku, seorang spesial pergi dan seorang lainnya ikut meninggalkan
Kelulusan pun dibagikan kepada orang tua kami yang datang kesekolah semuanya terasa menegangkan. Disana kami menandatangani baju SMP yang kami pakai bahwa di saat tahun ajaran 2011-2012 kami telah lulus SMP. Disaat itu tio menghampiriku mengucapkan selamat atas kelulusanku, dan aku pun membalasnya ucapannya.
“boleh aku minta tanda tangan kamu?” kataku.
“sepertinya sudah tidak ada lagi tempat tanda tangan untukku” katanya. Kebetulan disaat itu baju putih biru yang kupakai sudah dipenuhi banyak tanda tangan.
“kalau tempat untuk kamu pasti selalu ada,” sambil aku membuka lipatan kera dileherku.
“boleh aku tanda tangan di bajumu?”kataku.
“terserah kamunya mau tanda tangan dimana” jawab Tio.
Kebetulan di saat itu baju tio tidak dicoreti oleh anak lainnya melainkan masih bersih, tetapi hanya terdapat satu tanda tangan dibajunya, tepat dibawah bahunya aku mengukir tanda tanganku yakni tepat di hatinya juga aku dan dia akan mengingatkan kenangan itu.
Semua yang terjadi di SMP semuanya telah menjadi kenangan yang indah kepada seseorang spesial yang ada di setiap kenanganku yakni Tio. Dan 2 orang sahabatku  yakni venika dan piki.
Surat terakhir dari Tio
ajarkan aku serangkaian cara untuk melupakan kamu namun tidak dengan kenangan kita ! kenapa aku mencintaimu? Karena kamu telah menutup luka dihatiku, membangun kan ku dari mimpi burukku dan menolong ku disaat aku terjatuh. Mungkin Tuhan punya rencana lain untuk mempertemukan kita lagi, tapi yakinlah aku disini akan terus mengingat semua mimpi yang telah kita buat agar terus menjadi kenyataan yang membawa kita ke kehidupan nyata. Mungkin Tuhan punya rencana lain untuk mempertemukan kita lagi, tapi yakinlah aku disini aku terus mengingat semua mimpi yang telah kita buat agar terus menjadi kenyataan yang membawa kita bertemu lagi ditempat yang berbeda.
Selamat tinggal okta.

From : Tio
Dengan masuknya SMA di ajaran baru ini disini juga aku menemukan hal-hal indah yang lainnya sehingga kenangan yang kemarin hilang dapatku ulang dengan mengikuti perputaran  waktu dan bunyinya detik yang kurasa, jadikan hari, ini, esok, dan waktu kedepannya menjadi hal yang berharga untuk dimasa yang akan datang, bangunlah dari keterpurukan dan lepaskan sesuatu yang bagi kamu memang harus dilepaskan.
(isi diaryku)
atas nama kebaikan, aku merelakan sebuah kepergian. Hiduplah dalam kenang. Dalam lenggang yang Tuhan selalu penuhkan.”
Selamat tinggal mimpi indah, selamat datang kehidupan nyata.......J
          .......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar