by : Okta Sariya Putri
HILANG SEKETIKA
Pagi hari yang cerah, dengan
terbitnya matahari di ufuk timur membuat mata ku merasa masih ingin kembali
tidur di tempat tidurku, dengan diiringi cuaca dingin dan diselimuti dengan
selimut yang hangat menambah suasana ingin memejamkan mata kembali, tidak tahu
mengapa perutku rasanya sakit, dengan cepat aku pergi ke kamar mandi, sekaligus
mandi dengan bersih dan wangi untuk pergi kesekolah. “aduhhh dingin sekali
cuaca pada hari ini” kataku saat memegang tangan dipipiku. Dengan sarapan nasi
goreng seperti biasanya di meja makan sudah mengganjal perutku di hari pagi
yang dingin tersebut.
Di hari senin yang dipenuhi
embun pagi, aku dan teman-temanku SMP memulai menyiapkan segala perlengkapan
upacara, dan menyiapkan diri untuk menjadi petugas upacara. Sebelumnya kami
semua telah berlatih untuk menyiapkan hasil yang maksimal.
Esok paginya Tio menghampiri
ku, Dia seseorang yang membantuku di saat aku dalam kesulitan atau dalam
keadaan apapun. Dia baru habis pulang dari luar kota, aku juga tidak tahu
mengapa dia pergi kesana, katanya dia menjenguk keluarganya yang sakit. Tio itu
sahabat kecilku hingga sampai kelas 9 sekarang. Tidak tahu mengapa perasaan itu
dapat berubah menjadi perasaan yang lain yang awalnya aku juga tak mengerti
artinya perasaan yang kualami ini. Hingga suatu hari tio menyatakan perasaannya
disaat aku sedang belajar di kelas. Aku terkejut dan aku pun mempunyai perasaan
yang sama sepertinya, walaupun banyak yang berkata cinta monyet yakni cintanya
anak remaja semasa ku tapi aku mengerti akan hal itu dan jawab ku “aku mau”.
“Oktaaa” teriak venika
sahabatku dari arah belakang podium.
“iya ven”sahut diriku.
“mengapa kok sampai teriak
segala”,
“hahaa sory-sory Ta. kamu
tahu nggak kalo sekolah mau ngadain perpisahan terus panitianya masih di cari”.
“serius, aku belum tau tu dan
belum denger ceritanya”
“iya aku juga baru tahu dari
pak Wakil Kesiswaan, kalo kita pulang sekolah nanti kumpul di laboratorium.”
Kata tio.
Di hari itu kami semua membicarakan
acara perpisahan dikelas, serta belajar fisika saat dikelas menjadi berisik dan
pecahnya konsentrasi, bel pulang sekolah pun berbunyi, aku dan kedua sahabatku dan
tio serta teman-teman yang lain yakni sekumpulan OSIS mendatangi ruang labor.
Aku dan temanku yang lain telah bersiap berkumpul untuk membicarakan
perpisahan, tak lama kemudian Bapak Wakil Kesiswaan dan Ibu Pembina OSIS
datang.Ternyata aku dimasukan menjadi panitia inti yang dimana aku dipasangkan
dengan sahabat ku sendiri yakni venika. Serta tio menjadi wakil panitia pengurus. Kami dapat berkumpul terus dalam hal
ini. Bersama venika, piki, dan seseorang spesial yakni tio.
Seperti biasanya aku, venika
dan piki sehabis pulang sekolah masih kumpul bersama di rumahku, untuk makan
bareng, bercerita bareng, sambil sama-sama memegang dan membaca novel. Hp ku
pun berbunyi (maaf yah aku hari ini nggak
bisa kumpul bareng kalian karena mama ku ngajak kekantor papaku. From : Tio)
“Siapa ta” tanya piki.
“ohh ini tio ngirim pesan
katanya dia nggak bisa datang”jawabku.
Tidak tahu mengapa tiba-tiba
air mata ku menetes, aku juga bingung apakah mungkin novel yang kubaca
membuatku sedih ataukah ada ingatan kembali yang membuatku sedih mengenai
perpisahan sehabis SMP ini.
(isi diaryku)
“aku kan merindukan dimana saat aku tiba-tiba akan terjatuh, kalian yang
akan mebangunkan aku untuk membuat diriku bangkit kembali atas perih ini, aku
disini duduk bersedih karena aku takut, takut bukan semuanya akan pergi, tapi
takut karena waktu yang datang membuat aku akan kehilangan”
tiba-tiba aku segera menutup
diary ku.
Mereka berdua menatap mata ku
di pantulan kaca di tempat tidurku
“hey kamu nangis ya!!!” kata
piki sambil melihat mataku yang sembab.
“nggak apa-apa kok aku cuma
sedih dan berpikir aja nggak akan ada belajar bareng lagi seperti ini”.
“nggak lah ta, kita kan one
for all, all for one Best Friend Forever, jangan ada kata perpisahan buat kita”
kata piki dan venika.
Disaat itu kami berpelukkan.
Hari sudah menunjukkan sore,
mereka berdua pun pulang kerumah.
Aku menulis diary lagi
“ begitu indah untuk dikenang setiap detik kisah yang terukir, ribuan
kata penuh sanjungan dan pujian, begitu juga saat sepi mulai menguasai
ingatanku, aku terjebak dalam indah dan pahitny kesendirian ini, aku sekuat
tenaga bertahan meskipun aku tahu nantinya juga akan rapuh”.
keesokan harinya Tio
menghampiri ku dan memanggilku aku pun menoreh. “iya ada apa Tio” jawabku.
“hari ini kayak biasanya kan... kita kumpul dirumah kamu sekalian belajar
bareng sama ngomongin soal anggaran perpisahan”
“aku sihh terserah kalian
aja, tapi kok minggu ini kamu sibuk terus yah”
“iya apa nggak kok, perasaan
kamu aja” jawab tio.
Tio memberikan aku sebuah
novel yang berjudul “Kesempurnaan Sahabat Dalam Satu Cinta” dia membelinya saat
kemarin ketoko buku, kami pun menunggu venika dan piki di taman sekolah, sambil
aku membaca novel darinya. Dia hanya terdiam sambil melihatku membaca novel
darinya. Tio memang anaknya memiliki sosialisasi yang tinggi, teliti, memiliki
wajah yang manis, sehingga dia dapat dipercaya menjadi wakil panitia
perpisahan, dan wakil ketua OSIS, kami telah menjalani hubungan yang orang-orang
banyak melihat seperti sahabat biasanya yang orang lain belum tahu. Padahal
kami sudah menjalani hubungan cinta monyet sudah setengah tahun. Hanya saja
kami orang nya nggak berlebihan dan biasa saja.
Tak lama kemudian piki dan
venika datang. “aduhh gimana ini kita belajar kerumah okta,kayaknya batal
dehh”kata piki.
“emang kenapa si datang-datang
kayaknya panik banget” sahut tio.
“iya ni guys, mama aku kan
mau pergi arisan, biasa ibu-ibu... jadi aku harus nungguin rumah, mana adik aku
belum pulang sekolah lagi”
“ooo.itu nggak usah bingung
kirain apa, yah.. di rumah kamu aja kita belajarnya sekalian main”jawab venika.
“okeoke kita setuju”jawab aku
dan tio kompak.
Ketika kami sampai dirumah
piki, kami mengerjakan tugas fisika, sekalian menghitung anggaran perpisahan.
Suasana sepi dan suntuk pun terasa... dikarenakan kami terlalu serius
mengerjakan semuanya.
“akhirnya selesai juga tugas
kita tinggal di kumpul besok dehh semuanya, sekalian minta persetujuan”kata ku.
“sekarang kan tugas nya sudah
selesai semuanya, mau nggak kita main apa gitu yang nggak buat kita bosen kayak gini, tugas
juga udah selesai kan” kata Tio.
“okeoke kita setuju”jawab aku
dan venika.
“eitss aku ada ide gimana
kalo kita main kartu remi, siapa kalah dia dicoret pipinya” sahut piki.
“haha boleh-boleh tu”
“bentar yah aku ambilin dulu
sekalian bawak makanan sama minuman”
Di saat
kami bermain remi, dan sangat lucunya tio yang banyak di coret dan berantakan
mukanya gara-gara aku, venika dan piki mencoretnya. Tak terhenti aku tertawa
melihat wajahnya, tetapi dia hanya tersenyum melihatku.
Sekarang
untuk pertama kalinya aku kalah.
“aduhh aku kalah uhh jangan
banyak-banyak yah mencoretnya” kataku.
“haha akhirnya kamu kalah
juga” kata piki sambil mencoret.
“hehe sini aku coret dulu,
kamu kan belum pernah kalah hari ini” kata
venika.
“uuhh
kalian ini” kataku.
“eittsss Tio kamu nggak coret
muka okta apa dia kan yang paling banyak mencoret muka kamu” ujar venika.
“iya-iya ini lagi mau ku
coret” jawab Tio.
Disaat tio ingin mencoret
pipiku, di saat itu pula dia menatapku, disana aku dalam kekakuan menggerakkan
tangan pun sulit, hatiku berdebar dan tanganku dingin. Terkejut aku disaat dia
langsung tiba-tiba mencoret pipiku.
“aduh,”serentak ku.
“kamu sih pake ngelamun” ujar
tio.
Dan aku pun cepat mengalihkan
pandangan, tiba-tiba papa ku menelpon menyuruh aku pulang karena hari sudah
menunjukkan sore, aku segera pulang dengan diantar tio. Setiba di depan rumah
tio berpamitan denganku. Aku pun segera masuk rumah, mandi dan istirahat.
Isi diaryku
(hari yang indah
dimana tak dapat ku menghitung karuniamu Tuhan, engkau berikan bintang menemaniku
setiap malam yang dimana aku bulan menerangi malam hari dengan kesendirian, engkau
berikanku air disaat aku membutuhkannya untuk segala hal, engkau berikan
mentari yang membuatku tetap bersinar.terima kasih untuk hari ini Tuhan)
Kebersamaan ku bersama 2 orang sahabat ku terus kulalui
bersama piki, venika dan tio setiap hari. Sampai akhirnya perpisahan sekolah
pun datang.
Kami ber empat menampilkan penampilan yang begitu berbeda
dan sangat memukau. Disana tio melihat dan menatapku dari kejauhan, di dekat
panggung ternyata sudah ada venika dan piki mereka bertiga melambaikan tangan
dan aku segera menghampiri mereka. Kami lakukan semuanya dengan
sesi foto-foto,
foto untuk kenangan di masa yang akan datang bersama guru-guru
juga.Tidak lupa aku pun berfoto berdua
bersama
tio dengan difoto venika, setelah itu bersama venika dan piki juga tidak
ketinggalan.
Disaat
paduan suara menyanyi dgn judul kemesraan aku pun membaca puisi yang berjudul “sahabat” diatas panggung.
(Puisi sahabat)
Biarkan
bola lampu padam, asalkan tak menyimpan dendam,
Biarkan
bintang jatuh, asalkan bulan tak sedih,
Meskipun
lilin sangatlah terang sahabat yang tetap benderang.
.
Ketika
semua hilang, hilang tak terkendali,
Dia
yang datang membuat pelangi yang indah,
Menjadi
yang diinginkan, ketika menginginkan,
Tak
dapat ku mengukur kekurangan ketika kau datang membawa kelebihan,
.
Air
mata tak dapat menahan sakitnya hati,
Bunga
mawar yang diberi menusuk luka yang sakit,
Sehingga
air mata menetes demi seorang sahabat.
Karya: Okta Sariya Putri
|
Aku tersedih dan menangis
dengan membawa suasana puisi ku dengan citraan yang sedih. Perpisahan akhirnya
usai juga, kami melaksanakan pepisahan tersebut dengan perasaan sedih, senang
dan bahagia kami utarakan semuanya disana. Setelah perpisahan selesai kami
pulang kerumah masing-masing.
(isi diaryku)
“jika kisah ini dapat diulang mungkin aku akan mengambilnya yang
menurutku bahagia, dan akan kuhapus kesedihan dalam kisah ini. Aku yang disini
hanyalah tamu bisu, yang hanya dapat menulis kisahku di kertas ini, dengan
semua rangkaian kata yang ku rangkai dengan sendirinya.”
Keesokan harinya kami mengisi
kertas yang diberikan Kepsek kepada kami untuk SMA mana yang akan kami tuju.
Kami berempat pun menulis SMA yang kami tuju tersebut. Kami tidak saling
memberi tahu. Aku terkejut kami berempat lulus dengan SMA apa yang kami tulis
berempat dikertas tersebut dengan di urus dari sekolah. Disaat aku melihat kami
memiliki SMA yang berbeda aku hanya tersenyum dan tak bisa berkata. Dan yang
saat aku terkejut Tio akan pindah ke Bandung dan meninggalkan semuanya yang ada
dikota ini. Aku pun langsung berlari duduk di taman sekolah sambil berdiam
diri. Ternyata tio menghampiriku.
“maaf ya ta, aku kemarin
nggak bilang awalnya sama kamu kalo aku bakal pindah ke SMA di Bandung, aku
juga nggak tau kalo papa ku bakal pindah dinasnya di Bandung” kata tio memberi alasan kepadaku.
“ooo.. itu alasannya,
terusss......” kataku.
“aku cuma mau bilang kalo
kita putus aja, nggak mungkin kita menjalin hubungan jarak jauh yan belum tentu
juga aku akan setiap saat di Palembang ini” kata Tio.
“ooo. Itu oke nggak
apa-apa”(sambil menundukkan kepala).
“Kamu sedih yah, maafin aku
yah,kalo aku buat kamu sedih, aku nggak bisa liat kamu nangis atau pun sedih
kayak gini” kata Tio.
“hah... sedih nggak kok, aku
memang sudah nyangka kalo kamu bakal ngucapin kata itu, dan aku bisa menerima
semuanya.” Kataku dalam kepasrahan.
Kebetulan disaat dia sedang
berbicara dengan ku, tiba-tiba kakakku datang menjemputku, aku pun pulang
sambil memalingkan muka kepadanya. Disaat itu aku pun masih dapat tersenyum
sambil menyapa dua orang sahabatku.
Sesampai dirumah aku menangis dalam kesendirianku
dikamar.
(isi diaryku)
“inilah hal yang ku takutkan, aku kan merasa sendiri dalam kehilanganku,
seorang spesial pergi dan seorang lainnya ikut meninggalkan”
Kelulusan pun dibagikan
kepada orang tua kami yang datang kesekolah semuanya terasa menegangkan. Disana
kami menandatangani baju SMP yang kami pakai bahwa di saat tahun ajaran
2011-2012 kami telah lulus SMP. Disaat itu tio menghampiriku mengucapkan
selamat atas kelulusanku, dan aku pun membalasnya ucapannya.
“boleh aku minta tanda tangan
kamu?” kataku.
“sepertinya sudah tidak ada
lagi tempat tanda tangan untukku” katanya. Kebetulan disaat itu baju putih biru
yang kupakai sudah dipenuhi banyak tanda tangan.
“kalau tempat untuk kamu
pasti selalu ada,” sambil aku membuka lipatan kera dileherku.
“boleh aku tanda tangan di
bajumu?”kataku.
“terserah kamunya mau tanda
tangan dimana” jawab Tio.
Kebetulan di saat itu baju
tio tidak dicoreti oleh anak lainnya melainkan masih bersih, tetapi hanya
terdapat satu tanda tangan dibajunya, tepat dibawah bahunya aku mengukir tanda
tanganku yakni tepat di hatinya juga aku dan dia akan mengingatkan kenangan
itu.
Semua yang terjadi di SMP
semuanya telah menjadi kenangan yang indah kepada seseorang spesial yang ada di
setiap kenanganku yakni Tio. Dan 2 orang sahabatku yakni venika dan piki.
Surat terakhir dari Tio
“ajarkan
aku serangkaian cara untuk melupakan kamu namun tidak dengan kenangan kita !
kenapa aku mencintaimu? Karena kamu telah menutup luka dihatiku, membangun kan
ku dari mimpi burukku dan menolong ku disaat aku terjatuh. Mungkin Tuhan punya
rencana lain untuk mempertemukan kita lagi, tapi yakinlah aku disini akan terus
mengingat semua mimpi yang telah kita buat agar terus menjadi kenyataan yang
membawa kita ke kehidupan nyata. Mungkin Tuhan punya rencana lain untuk
mempertemukan kita lagi, tapi yakinlah aku disini aku terus mengingat semua
mimpi yang telah kita buat agar terus menjadi kenyataan yang membawa kita
bertemu lagi ditempat yang berbeda.
Selamat tinggal okta.
From : Tio”
Dengan masuknya SMA di ajaran
baru ini disini juga aku menemukan hal-hal indah yang lainnya sehingga kenangan
yang kemarin hilang dapatku ulang dengan mengikuti perputaran waktu dan bunyinya detik yang kurasa, jadikan
hari, ini, esok, dan waktu kedepannya menjadi hal yang berharga untuk dimasa
yang akan datang, bangunlah dari keterpurukan dan lepaskan sesuatu yang bagi
kamu memang harus dilepaskan.
(isi diaryku)
“atas nama kebaikan, aku merelakan sebuah kepergian. Hiduplah dalam
kenang. Dalam lenggang yang Tuhan selalu penuhkan.”
Selamat tinggal mimpi indah, selamat datang kehidupan
nyata.......J
.......
Tidak ada komentar:
Posting Komentar