BAB 1
PENDAHULUAN
Kewajiban
muslim kepada Tuhannya adalah melaksanakan seluruh
kewajiban dan rukun
Islam secara sempurna dan tekun. Ia tidak menundanundanya
dan tidak mencari
alasan untuk meninggalkannya. Kewajiban
melaksanakan shalat
lima waktu pada waktunya, karena shalat merupakan
salah satu pokok
keimanan, siapapun yang menegakkan shalat berarti
menegakkan agama. Seorang muslim yang berkepribadian
muslim berkeyakinan bahwa kebahagiaan di dunia dan
akhirat bergantung pada sikap, perbuatan dan akhlak terhadap dirinya sendiri; bagaimana ia
menyucikan dan membersihkan pribadinya,
demikian pula penderitaannya bergantung pada kerusakan dirinya.
Hal ini didasarkan
pada firman Allah SWT:
(10- َق د َافَْل ح م ن زكَّا ها وَقد خا ب م ن د سا ها
(الشمش: 9
“Sesungguhnya
berbahagialah orang yang menyucikan dirinya dan
celakalah orang yang
mengotorinya” (QS. asy-Syams: 9-10)
Dengan menjaga
dirinya sendiri, seorang muslim berarti berusaha
menanamkan
kepribadaian (akhlak) muslim yang ditujukan kepada dirinya
84 sendiri adalah meliputi: pemenuhan
kebutuhan jasmani (lahiriyah), berupa sikap dalam
makan dan minum, kesehatan terjaga dengan baik, olahraga dan istirahat teratur serta penampilan yang baik;
pemenuhan kebutuhan rohani, seperti beribadah
dengan tekun, berdzikir dan berdoa secara istiqomah; dan pemenuhan kebutuhan ilmu pengetahuan, dengan cara
belajar yang sungguh dan mendalami bidang
kajiannya. Pribadi muslim terhadap sesama makhluk Islam menganjurkan agar kaum muslimin
bergaul dan berkomunikasi dengan orang lain.
Keberadaan mereka dapat dibedakan
dengan mudah dari kepribadian dan akhlaknya
sehari-hari, penampilan, pakaiannya, sehingga
menjadi teladan dan
berguna bagi orang lain.
Adapun pribadi muslim
terhadap sesama makhluk, meliputi berbuat baik
dan berakhlak luhur
terhadap kedua orang tua. Salah
satu karakteristik utama dari seorang muslim sejati adalah perlakuannya yang bijak dan baik kepada
kedua orang tuanya. Seorang muslim
yang benar-benar mengikuti perintah ini merupakan tema tetap dalam kitab Allah SWT dan Sunnah Rasul-Nya,
yang dengan tegas mengenai tingginya
kedudukan orang tua, sehingga sepatutnya memperlakukan dengan bijaksana sejak usia senja sampai
mencapai masa uzur. Firman Allah SWT:
وَق ضى رب ك َالاَّ
تعبدوا اِلاَّ
اِياه وبِالْوالِ دينِ اِح سانا اِما يبلُغ ن عِن د ك الْكِبر َا
ح د ه ما
َا وكِ َ لا ه ما َف
َ لا تُق ْ
ل َل همَا
ُاف و َ لاتن ه ر ه ما وُق ْ ل َل ه ما َقو ً لا َ كرِي ما () وا خفِ
ض َل
ه ما
85
24- جنا ح الذُّلِّ مِ ن الرح مةِ
وُق
ْ ل ر ب ا ر ح م ه ما َ
ك ما ربيانِى
صغِيرا (الاسرأ: 23
(
“Dan Tuhanmu telah
memerintahkan supaya kamu jangan
menyembah selain Dia
dan hendaklah kamu berbuat baik kepada
bapak ibumu dengan
sebaik-baiknya, jika salah seorang di antara
keduanya atau
kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu maka
janganlah kamu sekali-kali mengatakan
kepada keduanya
perkataan “Ah” dan janganlah kamu membentak
mereka dan ucapkanlah
kepada mereka ucapan yang mulia. Dan
rendahkanlah dirimu
terhadap mereka berdua dengan penuh
kesayangan dan
ucapkanlah “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka
berdua sebagaimana
mereka berdua telah mendidikku sewaktu masih
kecil” (QS. Al-Isra’:
23-24).
Dari keterangan ayat
di atas mengenai “Berbuat baik kepada bapak
ibumu” menujukkan
adanya sikap dan perilaku muslim yang mulia, di
antaranya:
memperlakukan orang tua dengan bijak dan baik, menyadari status
orang tua dan
mengerti tanggung jawabnya kepada mereka.
BAB 2
PEMBAHASAN
AKHLAKUL KARIMAH
TERHADAP KELUARGA
BIRUL WALIDAIN,
BERBAKTI KEPADA ORANG TUA
1.
Pengertian Birrul Walidain
Birrul Walidain berasal dari dua kata, birru dan
al-walidain. Imam Nawawi ketika mensyarah Shahih Muslim memberi penjelasan,
bahwa kata-kata Birru mencakup makna bersikap baik, ramah dan taat yang secara
umum tercakup dalam khusnul khuluq (budi pekerti yang agung). Sedangkan,
walidain mencakup kedua orangtua, termasuk kakek dan nenek. Jadi, birrul
walidain adalah sikap dan perbuatan baik yang ditujukan kepada kedua orangtua,
dengan memberikan penghormatan, pemuliaan, ketaatan dan senantiasa bersikap
baik termasuk memberikan pemeliharaan dan penjagaan dimasa tua keduanya.
Lawan katanya yaitu “Aqqul walidaini”, yaitu durhaka kepada
orang tua dengan melakukan apa yang menyakiti keduanya dengan berbuat jahat
baik melalui perkataan ataupun perbuatan serta meninggalkan kebaikan kepada
keduanya.
Hukum bakti kepada orang tua wajib ‘ainiy (mutlak)
sedangkan durhaka kepada keduanya haram.
2. Tafsir An Nisa Ayat 36
Ayat 36:
Kewajiban terhadap Allah dan terhadap sesama manusia, perintah beribadah kepada
Allah Subhaanahu wa Ta'aala dan berbakti kepada orang tua.
وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلا تُشْرِكُوا بِهِ
شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى
وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ
بِالْجَنْبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ إِنَّ اللَّهَ لا
يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالا فَخُورًا (٣٦)
Terjemah
Surat An Nisa Ayat 36-39
36.
Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapunDan
berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga
jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan apa yang kamu miliki. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri.
Allah Ta'ala
dalam ayat ini memerintahkan kita hanya menyembah kepada-Nya saja dan
mengarahkan berbagai bentuk ibadah kepada-Nya, baik berdoa, meminta pertolongan
dan perlindungan, ruku' dan sujud, berkurban, bertawakkal dsb. serta masuk ke
dalam pengabdian kepada-Nya, tunduk kepada perintah-Nya dan menjauhi
larangan-Nya dengan rasa cinta, takut dan harap serta berbuat ikhlas dalam
semua ibadah baik yang nampak (ibadah lisan dan anggota badan) maupun yang
tersembunyi (ibadah hati). Allah Ta'ala juga melarang berbuat syirk, baik syirk
akbar (besar) maupun syirk asghar (kecil).
- Mengatakan
“Hanya Allah dan kamu saja harapanku”, “Aku dalam lindungan Allah dan kamu”,
“Dengan nama Allah dan nama fulan” dan kalimat lain yang terkesan menyamakan
dengan Allah Ta’ala.
Setelah
Allah memerintahkan memenuhi hak-Nya, yaitu dengan mentauhidkan-Nya, Dia juga
memerintahkan untuk memenuhi hak hamba, dari mulai yang terdekat lebih dahulu,
yaitu kedua orang tua. Yakni berbuat
baiklah kepada mereka baik dalam hal ucapan maupun dalam hal perbuatan. Dalam
hal ucapan misalnya dengan berkata-kata yang lembut dan baik kepada kedua orang
tua, sedangkan dalam hal perbuatan misalnya menaati kedua orang tua dan
menjauhi larangannya, menafkahi orang tua dan memuliakan orang yang mempunyai
keterkaitan dengan orang tua serta menyambung tali silaturrahim dengan mereka.
Baik kerabat
dekat maupun jauh, yakni kita diperintah berbuat baik kepada mereka dalam
ucapan maupun perbuatan, serta tidak memutuskan tali silaturrahim dengan
mereka.
Anak yatim
adalah anak-anak yang ditinggal wafat bapaknya saat mereka masih kecil. Mereka
memiliki hak yang harus ditunaikan oleh kaum muslimin. Misalnya menanggung
mereka, berbuat baik kepada mereka, menghilangkan rasa sedih yang menimpa
mereka, mengajari adab dan mendidik mereka sebaik-baiknya untuk maslahat agama
maupun dunia mereka. Misalnya, dengan memenuhi kebutuhan mereka, mendorong
orang lain memberi mereka makan serta membantu sesuai kemampuan.
Dekat dan
jauh di sini ada yang mengartikan dengan tempat, ada pula yang mengartikan
dengan hubungan kekerabatan. Yakni tetangga dekat maksudnya tetangga yang
memiliki hubungan kekerabatan. Sedangkan maksud tetangga jauh adalah tetangga
yang tidak memiliki hubungan kekerabatan.
Tetangga
yang memiliki hubungan kekerabatan memiliki dua hak, hak tetangga dan hak
sebagai kerabat. Oleh karenanya, tetangga tersebut berhak mendapatkan haknya
sebagai tetangga dan berhak diberlakukan secara ihsan yang ukurannya sesuai
uruf (kebiasaan yang berlaku). Demikian juga tetangga yang jauh, yakni yang
tidak memiliki hubungan kekerabatan pun berhak mendapatkan haknya sebagai
tetangga, semakin dekat tempatnya (rumahnya), maka haknya pun semakin besar.
Selaku tetangganya, hendaknya ia tidak lupa memberinya hadiah, sedekah,
mengundang, bertutur kata yang baik serta bersikap yang baik dan tidak
menyakitinya.
Ada yang
mengartikan "teman sejawat" dengan teman dalam perjalanan, ada pula yang
mengartikan istri, dan ada pula yang mengartikan dengan "teman"
secara mutlak. Selaku teman hendaknya diberlakukan secara baik, misalnya dengan
membantunya, menasehatinya, bersamanya dalam keadaan senang maupun sedih,
lapang maupun sempit, mencintai kebaikan didapatkannya dsb.
Orang yang
berbuat baik kepada mereka yang disebutkan dalam ayat di atas, maka
sesungguhnya dia telah tunduk kepada Allah dan bertawadhu' (berendah hati)
kepada hamba-hamba Allah; tunduk kepada perintah Allah dan syari'at-Nya, di
mana ia berhak memperoleh pahala yang besar dan pujian yang indah. Sebaliknya,
barang siapa yang tidak berbuat baik kepada mereka yang disebutkan itu, maka
sesungguhnya dia berpaling dari Tuhannya, tidak tunduk kepada perintah-Nya
serta tidak bertawadhu' kepada hamba-hamba Allah, bahkan sebagai orang yang
sombong; orang yang bangga terhadap dirinya lagi membanggakan diri di hadapan
orang lain.
Penjelasan
Ayat
“Sembahlah
Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun.”
Asy-Syaikh
Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di rahimahullahu menjelaskan:
“AllahSubhanahu wa Ta’ala memerintahkan hamba-Nya untuk beribadah
kepada-Nya saja, tiada sekutu bagi-Nya. Yaitu masuk dalam penghambaan diri
kepada-Nya dan taat terhadap perintah dan larangan-Nya, dengan kecintaan,
ketundukan, dan ikhlas untuk-Nya pada semua jenis ibadah, lahiriah maupun
batiniah, serta melarang dari menyekutukan sesuatu dengan-Nya. Baik syirik
kecil maupun besar, baik dengan malaikat, nabi, wali, ataupun makhluk lainnya
yang tidak memiliki bagi diri mereka sendiri manfaat, mudarat, kematian,
kehidupan, maupun pembangkitan. Bahkan yang menjadi keharusan (kewajiban) yang
pasti adalah mengikhlaskan ibadah bagi Dzat yang memiliki kesempurnaan dari
segala sisi, yang milik-Nya lah segala pengaturan. Tidak ada yang menandingi-Nya.
Tidak ada yang membantu-Nya.”
Setelah
Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan untuk beribadah
kepada-Nya dan menunaikan hak-Nya, Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan
untuk menunaikan hak-hak hamba-Nya secara berurutan (sesuai skala prioritas),
yang lebih dekat dan seterusnya. Maka AllahSubhanahu wa Ta’ala mengatakan:
“Dan
berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak.”
Artinya, berbuat
baiklah kalian kepada mereka dengan ucapan yang mulia, tutur kata yang lembut,
dan perbuatan yang baik, dengan menaati perintah mereka berdua dan menjauhi
larangan mereka, memberikan nafkah kepada mereka, memuliakan orang yang
memiliki hubungan dengan mereka berdua, dan menyambung tali silaturahim, yang
mana tidak akan ada kerabat bagimu kecuali dengan perantaraan mereka berdua.
3.
Berbakti
kepada kedua orangtua memiliki dua lawan, yaitu berbuat jelek (durhaka) dan
tidak berbuat baik. Kedua hal ini terlarang.
“(Dan
kepada) karib kerabat.”
Yakni, berbuat
baiklah juga kepada mereka. Kerabat di sini meliputi semuanya, yang dekat
ataupun jauh. Berbuat baik kepada mereka dengan perkataan dan perbuatan, serta
tidak memutuskan silaturahim dengan mereka, baik dalam bentuk perkataan maupun
perbuatan.
“(Dan
kepada) anak-anak yatim.”
Anak yatim yaitu
orang yang ditinggal mati ayah mereka dalam keadaan masih kecil. Mereka punya
hak atas kaum muslimin. Baik anak yatim tersebut termasuk kerabat atau bukan.
Bentuk perbuatan baik terhadap mereka yaitu dengan menanggung biaya hidup
mereka, berbuat baik dan melipur derita mereka, mendidik mereka dengan
pendidikan terbaik, dalam urusan agama maupun dunia.
“(Dan
kepada) orang-orang miskin.”
Yaitu
orang-orang yang tertahan dengan kebutuhan mereka sehingga tidak mendapatkan
kecukupan untuk diri mereka dan orang yang mereka tanggung. Bentuk perbuatan
baik kepada mereka adalah dengan menutupi kekurangan mereka, membantu mereka
sehingga tercukupi kebutuhannya. Juga dengan mengajak orang lain untuk
melakukan hal tersebut dan melakukan apa yang mampu untuk dilakukan.
“(Dan
kepada) tetangga yang dekat.”
Artinya, kerabat
yang rumahnya dekat dengan kita. Sehingga dia mempunyai dua hak atas kita, hak
sebagai kerabat dan hak sebagai tetangga. Perbuatan baik di sini dikembalikan
kepada adat yang berlaku.
Demikian juga
dengan:
“Tetangga
yang jauh.”
Yaitu tetangga
yang tidak mempunyai hubungan kekerabatan. Dalam hal ini, tetangga yang lebih
dekat pintunya lebih besar pula haknya. Sehingga dianjurkan bagi seseorang
untuk selalu memerhatikan tetangganya, dengan memberikan hadiah, shadaqah,
dengan dakwah, kesopanan, baik dalam ucapan maupun perbuatan. Juga tidak
menyakitinya, baik dengan ucapan maupun perbuatan.
“(Dan
kepada) teman sejawat.”
Ada yang
mengatakan bahwa maksudnya adalah teman dalam perjalanan. Ada juga yang
mengatakan maksudnya adalah istri. Ada yang mengatakan maksudnya teman secara
mutlak. Dan mungkin pendapat (terakhir) ini lebih benar, karena mencakup teman
di rumah, di perjalanan, serta istri.
Sehingga,
seorang teman memiliki kewajiban terhadap temannya lebih daripada hak Islamnya,
untuk membantunya dalam urusan agama maupun dunia, menasihatinya, menepati
janji terhadapnya, ketika senang ataupun susah, ketika sedang bersemangat
ataupun malas. Hendaknya ia mencintai untuk temannya apa yang dia sukai untuk
dirinya, dan membenci apa yang ia benci untuk dirinya. Semakin lama pergaulan
dengannya, semakin besar pula haknya.
“(Dan
kepada) ibnu sabil.”
Yaitu orang
asing di negeri lain, yang membutuhkan bantuan materi ataupun tidak. Ia punya
hak atas kaum muslimin, karena dia sangat butuh atau karena dia berada di
negeri asing. Dia memerlukan bantuan agar sampai ke tempat tujuannya atau
tercapai sebagian maksud dan cita-citanya. Juga dengan memuliakan dan
menemaninya agar tidak kesepian.
“(Dan
kepada) hamba sahayamu.”
Yaitu apa yang
kalian miliki, baik dari kalangan Bani Adam atau dari hewan. Perbuatan baik di
sini yaitu dengan mencukupi kebutuhan mereka dan tidak membebani sesuatu yang
memberatkan mereka. Membantu mereka melaksanakan hal yang menjadi tanggung
jawab mereka. Mendidik mereka untuk kemaslahatan mereka.
Maka barangsiapa
yang melaksanakan perintah-perintah Allah Subhanahu wa Ta’aladan
syariat-Nya, berhak mendapatkan pahala yang besar dan pujian yang indah.
Sedangkan orang yang tidak melaksanakan perintah-perintah tersebut, dialah
orang yang menjauh dari Rabb-Nya dan tidak taat terhadap perintah-perintah-Nya,
tidak rendah hati kepada makhluk-Nya. Bahkan dia adalah orang yang sombong
terhadap hamba Allah Subhanahu wa Ta’ala, teperdaya dengan dirinya
dan bangga dengan ucapannya.
Oleh karena
itulah Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong….”
Maksudnya,
sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak mencintai orang
yang teperdaya dengan dirinya, sombong terhadap hamba Allah Subhanahu
wa Ta’ala.
“…dan
membangga-banggakan diri.”
Yakni, memuji
dirinya dan menyanjungnya untuk membanggakan dan menyombongkan dirinya kepada
hamba Allah l. (Tafsir As-Sa’di, hal. 191-192, cet. Darus Salam)
Dari ayat dan
penafsiran di atas, kita bisa berbuat baik kepada seluruh hamba-Nya. Terlebih
kepada kerabat-kerabat dekat yang juga muslim, mereka memiliki hak-hak yang
banyak atas kita. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Sesungguhnya
Allah mewajibkan perbuatan baik kepada segala sesuatu.” (HR. Muslimdari
Abu Ya’la Syaddad bin Aus radhiyallahu ‘anhu)
4. Perintah Birrul Walida’in dalam Al-Qur’an
Perintah untuk berbuat baik kepada kedua orangtua dalam Al-Qur’an kurang lebih berulang sebanyak 13 kali. Seperti surah Al-Baqarah, ayat 83, 180 dan 215, An-Nisa ayat 36, An-Na’am: 151, Isra’: 23 dan 24, Al Ahkaf: 15, Al Ankabut: 8, Luqman: 14, Ibrahim: 41, An Naml: 10 dan surah Nuh: 28. Jika melihat dari ayat-ayat tersebut, setidaknya kita bisa mengklasifikasikan ada 6 macam bentuk perintah Allah SWT untuk berbuat baik kepada kedua orangtua.“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada kedua orang tua dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka, dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” (Qs. Al-Israa: 23)
Islam adalah agama yang sangat menjunjung tinggi penghormatan dan pemuliaan kepada kedua orangtua. Apapun bentuk pelecehan dan sikap merendahkan orangtua maka Islam lewat pesan-pesan moralnya telah melarang dan mengharamkannya. Bahkan durhaka kepada kedua orangtua termasuk diantara dosa-dosa besar yang dilarang keras. Dengan melihat ayat di atas, terutama pada frase, “wa laa taqullahumaa ‘uff’, janganlah kamu mengatakan kepada keduanya, perkataan ‘ah’…” menunjukkan untuk bentuk pelecehan dan sikap merendahkan kedua orangtua yang paling kecil sekalipun Islam tidak luput untuk memberikan penegasan atas pelarangannya.
Imam Shadiq as bersabda, “Kalau sekiranya dalam berhubungan dengan kedua orangtua ada bentuk pelecehan yang lebih rendah dari melontarkan kata ‘ah’, niscaya Allah telah melarangnya.” (Ushul Kafi, Jilid 2, hal. 349).
Perintah untuk berbuat baik kepada kedua orangtua dalam Al-Qur’an kurang lebih berulang sebanyak 13 kali. Seperti surah Al-Baqarah, ayat 83, 180 dan 215, An-Nisa ayat 36, An-Na’am: 151, Isra’: 23 dan 24, Al Ahkaf: 15, Al Ankabut: 8, Luqman: 14, Ibrahim: 41, An Naml: 10 dan surah Nuh: 28. Jika melihat dari ayat-ayat tersebut, setidaknya kita bisa mengklasifikasikan ada 6 macam bentuk perintah Allah SWT untuk berbuat baik kepada kedua orangtua.
Pertama, dalam bentuk perintah untuk berbuat baik dengan sebaik-baiknya, seperti dalam surah Al-Isra’ ayat 23 dan 24. Termasuk dalam hal ini, memberikan penjagaan dan pemeliharaan di hari tua keduanya dan mengucapkan kepada keduanya perkataan yang mulia.
Kedua, dalam bentuk wasiat. Allah SWT berfirman, “Dan Kami berwasiat kepada manusia untuk (berbuat) kebaikan kepada dua orang tuanya.” (Qs. Al-Ankabut: 8). Begitupun pada surah Al-Ahqaf ayat 15, Allah SWT berfirman, “Kami wasiatkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Ibunya mengandungnya dengan susah payah dan melahirkannya dengan susah payah (pula).”
Ketiga, dalam bentuk perintah untuk bersyukur. Allah SWT berfirman, “Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu, karena hanya kepada-Ku-lah kembalimu.” (Qs. Luqman: 14).
Keempat, perintah untuk mendo’akan kedua orangtua. Allah SWT berfirman, “Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah, “Wahai Tuhan-ku, kasihilah mereka berdua, sebagaimana mereka berdua telah mendidikku pada waktu kecil.” (Qs. Al-Israa: 24). Mendo’akan kedua orangtua adalah tradisi para Anbiyah as. Nabi Ibrahim as dalam do’anya mengucapkan, “Ya Tuhan kami, ampunilah aku, kedua orang tuaku, dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab (hari kiamat ).” (Qs. Ibrahim: 41). Begitu juga Nabi Nuh as, dalam lantunan do’anya, beliau berujar, “. Ya Tuhan-ku, ampunilah aku dan kedua orang tuaku..” (Qs. Nuh: 28).
Kelima, perintah untuk berwasiat kepada kedua orangtua. Allah SWT berfirman, “Diwajibkan atas kamu, apabila (tanda-tanda) kematian telah menghampiri salah seorang di antara kamu dan ia meninggalkan harta, berwasiat untuk ibu bapak dan karib kerabatnya secara makruf, (ini adalah) kewajiban atas orang-orang yang bertakwa.” (Qs. Al-Baqarah: 180).
Keenam, perintah untuk berinfaq kepada keduanya. Allah SWT berfirman, “… Setiap harta yang kamu infakkan hendaklah diberikan kepada kedua orang tua, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan. Dan setiap kebajikan yang kamu lakukan, sesungguhnya Allah Maha Mengetahuinya.” (Qs. Al-Baqarah: 215).
Allah SWT dalam tujuh tempat pada Al-Qur’an setelah memerintahkan untuk hanya menyembah kepada-Nya dan tidak mempersekutukannya, perintah selanjutnya adalah berbuat baik kepada kedua orangtua. Dalam surah An-Nisa’ ayat 36 Allah SWT berfirman, “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua..” Perintah Allah SWT untuk berbuat baik kepada kedua orangtua, setelah perintah untuk mentauhidkanNya lainnya terdapat pada surah Al-Baqarah: 83, Al-An’am: 151, Al-Israa: 23, An-Naml: 19, Al-Ahqaaf: 15 dan surah Al-Luqman ayat 13 dan 14. Dari ayat-ayat ini, telah sangat jelas dan terang betapa agung dan mulianya berbuat baik kepada kedua orangtua. Perintah untuk berbuat baik kepada keduanya, ditempatkan setelah perintah untuk hanya menyembah kepada-Nya.
Berhubungan dengan ketaatan kepada kedua orangtua, Al-Qur’an hanya dalam satu hal memberikan sebuah pengecualian. Allah SWT berfirman, “Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang kamu tidak memiliki pengetahuan tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti mereka, dan pergaulilah mereka di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Ku-lah kembalimu, lantas Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (Qs. Luqman: 15). Ketaatan seorang hamba kepada Allah adalah ketaatan mutlak, tanpa pengecualian. Sementara ketaatan kepada orangtua dengan pengecualian, selama keduanya tidak meminta untuk mempersekutukan Tuhan. Kalau kita memperhatikan ayat-ayat Allah berkenaan dengan hubungan kaum muslimin dengan kaum musyrikin, maka akan kita temukan perintah Allah untuk berlepas diri dari kaum musyrikin disampaikan secara keras dan tegas. Terutama pada ayat-ayat awal surah At-Taubah. Namun berkenaan dengan kedua orangtua, Allah SWT menyampaikan perintah secara lembut, dikatakan, kalau permintaan keduanya berkaitan dengan syirik kepada Allah, janganlah menaati keduanya. Selanjutnya ditambahkan, kekafiran dan kemusyrikan kedua orangtua tidaklah menjadi penyebab secara mutlak terputusnya hubungan dengan keduanya, namun tetap diperintahkan untuk berbuat ahsan kepada keduanya di dunia.
Perintah untuk tetap berhubungan, memuliakan, menyayangi dan berbuat baik kepada kedua orangtua meskipun keduanya kafir ataupun musyrik juga masih memiliki pengecualian ataupun persyaratan. Yakni, selagi keduanya tidak menunjukkan permusuhan dan penentangan kepada Allah dan Rasul-Nya. Allah SWT berfirman, “Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka.” (Qs. Al-Mujaadilah: 22). Perintah yang lebih tegas mengenai hal ini, disampaikan oleh Allah SWT pada awal surah Al-Mumtahanah, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi teman-teman setia yang kamu sampaikan kepada mereka (berita-berita Muhammad), karena rasa kasih sayang; padahal sesungguhnya mereka telah ingkar kepada kebenaran yang datang kepadamu, mereka mengusir Rasul dan (mengusir) kamu karena kamu beriman kepada Allah, Tuhanmu.” Dan selagi keduanya meskipun termasuk golongan orang-orang kafir ataupun musyrik tidak ada halangan untuk tetap berlaku adil terhadap keduanya, yakni tetap berbuat baik dan berkasih sayang kepada keduanya selagi keduanya tidak menunjukkan permusuhan dan kebencian kepada Allah dan Rasul-Nya. Allah SWT berfirman, “Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.” (Qs. Al-Mumtahanah: 8).
Apabila, kedua orangtua termasuk dari golongan orang-orang kafir ataupun musyrik, perintah Allah SWT untuk tetap mempergauli, menjalin hubungan dan berbuat baik kepada keduanya hanya sebatas di dunia ini atau sebatas keduanya masih hidup. Tidak ada hak bagi setiap orang yang beriman untuk mendo’akan keselamatan bagi kedua orangtuanya di akhirat, yang meninggalnya dalam keadaan tidak berserah diri kepada Allah, tidak mengimani-Nya ataupun mempersekutukan-Nya dengan yang lain. Mengenai hal ini, Allah SWT berfirman, “Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat (nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka jahanam.” (Qs. At-Taubah: 113).
Namun, jika kedua orangtua termasuk orang-orang yang beriman, maka berbuat baik kepada keduanya tidak hanya berlaku di dunia saja, namun hatta keduanya telah meninggal dunia, perintah untuk tetap berbuat baik kepada keduanya masih terus berlaku, dan menjadi kewajiban bagi segenap kaum mukminin untuk menunaikannya. Diantara bentuk berbuat baik kepada orangtua setelah meninggalnya adalah memohonkan ampun bagi keduanya. Sebagaimana telah disampaikan sebelumnya, mendo’akan kedua orangtua adalah juga perintah dari Allah SWT dan termasuk diantara tradisi para Anbiyah as. Sebagaimana do’a Nabi Ibrahim as, “Ya Tuhan kami, ampunilah aku, kedua orang tuaku, dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab (hari kiamat ).” (Qs. Ibrahim: 41). Pada hakikatnya, mendo’akan keselamatan bagi kedua orangtua, bukan hanya setelah keduanya wafat, namun juga termasuk bentuk kebaikan semasa hidup keduanya, dalam keadaan dekat maupun jauh.
Satu hal yang mesti kita ingat, kebaikan hidup, keimanan ataupun kesalehan yang kita peroleh, tidak semata dari jerih upaya sendiri, kemungkinan ada kaitannya dengan do’a dan kesalehan orang-orang tua sebelum kita yang terijabah oleh Allah SWT. Sebagaimana telah diceritakan dalam Al-Qur’an mengenai do’a Nabi Ibrahim as, “Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) diantara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadat haji kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. (Qs. Al-Baqarah: 128). Ataupun secara umum disampaikan oleh Allah SWT dalam surah Al-A’raaf ayat 189, “Dialah Yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan dari padanya Dia menciptakan isterinya, agar dia merasa senang kepadanya. Maka setelah dicampurinya, isterinya itu mengandung kandungan yang ringan, dan teruslah dia merasa ringan (beberapa waktu). Kemudian tatkala dia merasa berat, keduanya (suami-isteri) bermohon kepada Allah, Tuhannya seraya berkata: "Sesungguhnya jika Engkau memberi kami anak yang saleh, tentulah kami termasuk orang-orang yang bersyukur."
Pada ayat lainnya, “Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri." (Qs. Al-Ahqaaf: 15)
Diceritakan pula, mengenai dua anak yatim piatu yang mendapat pertolongan dari Allah SWT lewat perantaraan dua nabi-Nya, Nabi Musa as dan Nabi Khidir as, karena kesalehan kedua orangtua mereka sebelumnya, “Adapun dinding rumah adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya adalah seorang yang saleh, maka Tuhanmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu; dan bukanlah aku melakukannya itu menurut kemauanku sendiri. Demikian itu adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya." (Qs. Al-Kahfi: 82). Dari penjabaran ayat-ayat ini, kita bisa mengambil sebuah falsafah hidup, bahwa jika mendoa’kan keselamatan dan kesalehan bagi anak adalah fitrah dari orangtua, maka sebuah tuntunan nurani pula jika sebagai anak, kita tidak boleh luput dalam mendo’akan keselamatan dan memohonkan ampunan bagi kedua orangtua dan orang-orang sebelumnya.
Izinkanlah saya mengakhiri tulisan ini, dengan mengutip nasehat Imam Ja’far Shadiq as mengenai betapa pentingnya perintah berbuat baik kepada kedua orangtua.
Imam Shadiq as bersabda, “Apa yang menghalangi seseorang berbuat baik kepada kedua orang tuanya?, apakah keduanya masih hidup atau telah meninggal dunia, shalatlah, bersedekahlah, naik hajilah dan berpuasalah dengan menghadiahkan pahala untuk keduanya.” (Ushul Kafi, Jilid 2, hal. 159).
Pada kesempatan lain Imam Shadiq as bersabda, “Seseorang yang berbuat baik kepada kedua orangtuanya semasa keduanya masih hidup namun ketika keduanya telah meninggal dunia, hutang-hutangnya tidak dilunasi, dan tidak pernah memohonkan ampun bagi kedua orangtunya, maka Allah mencatatnya sebagai anak yang durhaka. Sementara seseorang yang berbuat durhaka kepada kedua orangtuanya semasa hidupnya, namun ketika keduanya telah wafat, melunasi hutang-hutang keduanya dan memohonkan ampun bagi kedua orang tuanya, maka Allah akan mencatatnya sebagai anak yang berbakti kepada kedua orangtuanya.” (Ushul Kafi, jilid 2, hal. 163). (Ismail Amin)
5. Ayat Al-quran berbakti kepada orang
tua
Bagaimana berbakti kepada orang tua menurut Al-Qur’an,
sebagaimana ayat-ayat Al-Qur’an berikut :
1. Perkataan “Ah” saja termasuk suatu dosa kepada
orang tua apalagi, membentak, memukul, atau hal lainnya yang lebih kejam.
Selain itu juga perlu berlemah lembut kepada orang tua selalu mendoakan
keduanya agar dikasihi oleh Allah SWT.
وَقَضَى رَبُّكَ أَلَّا
تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ
عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا
تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا . وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنْ الرَّحْمَةِ
وَقُلْ رَّبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا .الإسراء 23- 24
Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan
menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan
sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai
berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan
kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan
ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” (Al Isra(17):23)
“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua
dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka
keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil." (Al
Isra(17):24)
2. Perintah berbakti kepada orang tua
setelah perintah untuk beribadah kepada Allah tanpa mempersekutukannya. Hal ini
menggambarkan pentingnya berbakti kepada orang tua. Dalam ayat lain Allah SWT
menjelaskan bahwa bersyukur kepada orang tua (dengan berbakti kepada keduanya)
merupakan kesyukuran kepada Allah SWT, karena Allah menciptakan semua manusia
dari rahim orang tua.
قُلْ تَعَالَوْا أَتْلُ
مَا حَرَّمَ رَبُّكُمْ عَلَيْكُمْ أَلَّا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا
وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا .الأنعام : 151
yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan
Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapa, (Al-An’am 151).
3. Meskipun orang tua menyuruh kepada suatu perbuatan yang
menyekutukan Allah SWT, atau orang tua tersebut masih belum memeluk Islam,
sikap berbakti kepada orang tua tetap menjadi suatu kewajiban oleh seorang anak
tanpa harus mematuhi perintah mereka yang menyalahi syariat.
وَإِنْ جَاهَدَاكَ عَلى
أَنْ تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا وَصَاحِبْهُمَا
فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا وَاتَّبِعْ سَبِيلَ مَنْ أَنَابَ إِلَيَّ ثُمَّ إِلَيَّ
مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ [ لقمان 15
15. Dan jika keduanya memaksamu untuk
mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu,
maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia
dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian
hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu
kerjakan.
4. Jasa orang tua terutama ibu
diungkapkan dalam suatu ayat Al-Qur’an, dimana seorang ibu rela berkorban dalam
mengandung anaknya, kemudian menyusuinya. Semua jasa orang tua di kala anak
masih kecil dan lemah perlu diingat dan dikenang untuk selamanya.
وَوَصَّيْنَا الْإِنسَانَ
بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ
أَنْ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ [ لقمان 14 ]
14. Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik)
kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah
yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu
dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.
Untuk menutup part 3, ada sebuah kisah nyata yang
diceritakan Rasulullah SAW, mengenai 3 orang yang terjebak dalam gua, kemudian
berdoa kepada Allah dengan menyebutkan amal saleh yang mereka lakukan agar
Allah berkenan menolong mereka dari gua yang tertutupi batu-batu.
Salah satu orang dari mereka menyebutkan bahwa amal
shalehnya ialah “aku memiliki orang tua yang telah usia lanjut, dan aku selalu
mendahulukan kepentingan mereka dibandingkan keluarga dan hartaku, aku biasanya
membawakan minuman (susu) bagi mereka dan tidak membiarkan siapapun meminumnya
kecuali setelah mereka minum. Apabila ini merupakan merupakan amal shaleh yang
mengharap ridha-Mu maka keluarkanlah kami dari gua ini."
Pada akhir cerita, setelah setiap orang menceritakan
amal shalehnya maka akhirnya pintu gua yang tertutupi bebatuan akhirnya terbuka
dan mereka akhirnya keluar dengan selamat.
Marilah para sahabat kita merawat orang tua kita sebaik-baiknya,
dan senantiasa mendahulukan kepentingan mereka. Merupakan suatu kesalahan
bila terlalu memanjakan anak dan pasangan tetapi mengacuhkan kepentingan orang
tua yang seharusnya dijunjung tinggi dalam suatu keluarga. Orang tua memang
membutuhkan materi (uang) tetapi masih ada yang lebih penting bagi mereka yaitu
kasih sayang. Menyapa, menanyakan kabar mereka, kesehatan mereka, apa yang
mereka inginkan merupakan suatu hal sepele namun berarti besar bagi mereka.
6. Wajibnya Berbakti Dan Haramnya Durhaka Kepada Kedua Orang Tua
Rabu, 3 Maret 2004 13:30:23 WIB
Kategori : Risalah : Orang Tua
Kategori : Risalah : Orang Tua
AYAT-AYAT YANG MEWAJIBKAN UNTUK BERBAKTI DAN MENGHARAMKAN
DURHAKA KEPADA ORANG TUA
Oleh
Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas
Allah memerintahkan dalam Al-Qur'an agar berbakti kepada kedua orang tua. Mengenai wajibnya seorang anak berbakti kepada orang tua, Allah berfirman di dalam surat Al-Isra' ayat 23-24.
وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا ۚ إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا
"Dan Rabb-mu telah memerintahkan kepada manusia janganlah ia beribadah melainkan hanya kepadaNya dan hendaklah berbuat baik kepada kedua orang tua dengan sebaik-baiknya. Dan jika salah satu dari keduanya atau kedua-duanya telah berusia lanjut disisimu maka janganlah katakan kepada keduanya 'ah' dan janganlah kamu membentak keduanya" [Al-Isra : 23]
وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا
"Dan katakanlah kepada keduanya perkataan yang mulia dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang. Dan katakanlah, "Wahai Rabb-ku sayangilah keduanya sebagaimana keduanya menyayangiku di waktu kecil" [Al-Isra : 24]
Juga An-Nisa ayat 36.
وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا ۖ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا
"Dan sembahlah Allah dan janganlah menyekutukanNya dengan sesuatu, dan berbuat baiklah kepada kedua ibu bapak....." [An-Nisa : 36]
Juga terdapat dalam surat Luqman ayat 14-15.
وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَىٰ وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ
"Dan Kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada orang tuanya, ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah lemah dan menyapihnya dalam dua tahun, bersyukurlah kalian kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada-Ku lah kalian kembali" [Luqman : 14]
وَإِنْ جَاهَدَاكَ عَلَىٰ أَنْ تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا ۖ وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا ۖ وَاتَّبِعْ سَبِيلَ مَنْ أَنَابَ إِلَيَّ ۚ ثُمَّ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
"Dan jika keduanya memaksamu mempersekutukan sesuatu dengan Aku yang tidak ada pengetahuanmu tentang Aku maka janganlah kamu mengikuti keduanya dan pergaulilah keduanya di dunia dengan cara yang baik dan ikuti jalan orang-orang yang kembali kepada-Ku kemudian hanya kepada-Ku lah kembalimu maka Aku kabarkan kepadamu apa yang kamu kerjakan" [Luqman : 15]
Berbakti dan taat kepada orang tua terbatas pada perkara yang ma'ruf. Adapun apabila orang tua menyuruh kepada kekafiran, maka tidak boleh taat kepada keduanya. Allah berfirman.
وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حُسْنًا ۖ وَإِنْ جَاهَدَاكَ لِتُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا
"Dan Kami wajibkan kepada manusia (berbuat) kebaikan kepada kedua orang tuanya. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya.." [Al-Ankabut : 8]
Serta surat Al-Ahqaaf ayat 15-16.
وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ إِحْسَانًا ۖ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ كُرْهًا وَوَضَعَتْهُ كُرْهًا ۖ وَحَمْلُهُ وَفِصَالُهُ ثَلَاثُونَ شَهْرًا ۚ حَتَّىٰ إِذَا بَلَغَ أَشُدَّهُ وَبَلَغَ أَرْبَعِينَ سَنَةً قَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَىٰ وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَصْلِحْ لِي فِي ذُرِّيَّتِي ۖ إِنِّي تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّي مِنَ الْمُسْلِمِينَ
" Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun, ia berdo'a "Ya Rabb-ku, tunjukilah aku untuk menysukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku dan supaya aku dapat berbuat amal yang shalih yang Engkau ridlai, berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri" [Al-Ahqaaf : 15]
أُولَٰئِكَ الَّذِينَ نَتَقَبَّلُ عَنْهُمْ أَحْسَنَ مَا عَمِلُوا وَنَتَجَاوَزُ عَنْ سَيِّئَاتِهِمْ فِي أَصْحَابِ الْجَنَّةِ ۖ وَعْدَ الصِّدْقِ الَّذِي كَانُوا يُوعَدُونَ
" Mereka itulah orang-orang yang Kami terima dari mereka amal yang baik yang telah mereka kerjakan dan Kami ampuni kesalahan-kesalahan mereka, bersama penghuni-penghuni surga, sebagai janji yang benar yang telah dijanjikan kepada mereka" [Al-Ahqaaf : 16]
Sedangkan tentang anak durhaka kepada kedua orang tuanya terdapat di dalam surat Al-Ahqaaf ayat 17-20.
وَالَّذِي قَالَ لِوَالِدَيْهِ أُفٍّ لَكُمَا أَتَعِدَانِنِي أَنْ أُخْرَجَ وَقَدْ خَلَتِ الْقُرُونُ مِنْ قَبْلِي وَهُمَا يَسْتَغِيثَانِ اللَّهَ وَيْلَكَ آمِنْ إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ فَيَقُولُ مَا هَٰذَا إِلَّا أَسَاطِيرُ الْأَوَّلِينَ
"Dan orang yang berkata kepada kedua orang tuanya, 'Cis (ah)' bagi kamu keduanya, apakah kamu keduanya memperingatkan kepadaku bahwa aku akan dibangkitkan, padahal sungguh telah berlalu beberapa umat sebelumku ? lalu kedua orang tua itu memohon pertolongan kepada Allah seraya mengatakan, "Celaka kamu, berimanlah ! Sesungguhnya janji Allah adalah benar" Lalu dia berkata, "Ini tidak lain hanyalah dongengan orang-orang dahulu" [Al-Ahqaaf : 17]
أُولَٰئِكَ الَّذِينَ حَقَّ عَلَيْهِمُ الْقَوْلُ فِي أُمَمٍ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِمْ مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ ۖ إِنَّهُمْ كَانُوا خَاسِرِينَ
"Mereka itulah orang-orang yang telah pasti ketetapan (adzab) atas mereka, bersama-sama umat-umat yang telah berlalu sebelum mereka dari jin dan manusia. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang merugi" [Al-Ahqaaf : 18]
Sedangkan dalam surat Al-Baqarah ayat 215
يَسْأَلُونَكَ مَاذَا يُنْفِقُونَ ۖ قُلْ مَا أَنْفَقْتُمْ مِنْ خَيْرٍ فَلِلْوَالِدَيْنِ وَالْأَقْرَبِينَ وَالْيَتَامَىٰ وَالْمَسَاكِينِ وَابْنِ السَّبِيلِ ۗ وَمَا تَفْعَلُوا مِنْ خَيْرٍ فَإِنَّ اللَّهَ بِهِ عَلِيمٌ
"Mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang apa yang mereka infakkan. Jawablah, "Harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu bapakmu, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan. Dan apa saja kebajikan yang kamu perbuat sesungguhnya Allah Maha Mengetahui" [Al-Baqarah : 215]
Banyak sekali ayat-ayat di dalam Al-Qur'an yang menerangkan tentang wajibnya berbakti kepada kedua orang tua. Dalam surat Luqman, Allah menyebutkan wajibnya seorang anak berbakti kepada kedua orang tua dan bersyukur kepadanya serta disebutkan juga tentang larangan mengikuti orang tua jika orang tua tersebut mengajak kepada syirik.
[Disalin dari Kitab Birrul Walidain, edisi Indonesia Berbakti Kepada Kedua Orang Tua, Penulis Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Penerbit Darul Qolam. Komplek Depkes Jl. Raya Rawa Bambu Blok A2, Pasar Minggu - Jakarta. Cetakan I Th 1422H /2002M]
Oleh
Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas
Allah memerintahkan dalam Al-Qur'an agar berbakti kepada kedua orang tua. Mengenai wajibnya seorang anak berbakti kepada orang tua, Allah berfirman di dalam surat Al-Isra' ayat 23-24.
وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا ۚ إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا
"Dan Rabb-mu telah memerintahkan kepada manusia janganlah ia beribadah melainkan hanya kepadaNya dan hendaklah berbuat baik kepada kedua orang tua dengan sebaik-baiknya. Dan jika salah satu dari keduanya atau kedua-duanya telah berusia lanjut disisimu maka janganlah katakan kepada keduanya 'ah' dan janganlah kamu membentak keduanya" [Al-Isra : 23]
وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا
"Dan katakanlah kepada keduanya perkataan yang mulia dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang. Dan katakanlah, "Wahai Rabb-ku sayangilah keduanya sebagaimana keduanya menyayangiku di waktu kecil" [Al-Isra : 24]
Juga An-Nisa ayat 36.
وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا ۖ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا
"Dan sembahlah Allah dan janganlah menyekutukanNya dengan sesuatu, dan berbuat baiklah kepada kedua ibu bapak....." [An-Nisa : 36]
Juga terdapat dalam surat Luqman ayat 14-15.
وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَىٰ وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ
"Dan Kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada orang tuanya, ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah lemah dan menyapihnya dalam dua tahun, bersyukurlah kalian kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada-Ku lah kalian kembali" [Luqman : 14]
وَإِنْ جَاهَدَاكَ عَلَىٰ أَنْ تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا ۖ وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا ۖ وَاتَّبِعْ سَبِيلَ مَنْ أَنَابَ إِلَيَّ ۚ ثُمَّ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
"Dan jika keduanya memaksamu mempersekutukan sesuatu dengan Aku yang tidak ada pengetahuanmu tentang Aku maka janganlah kamu mengikuti keduanya dan pergaulilah keduanya di dunia dengan cara yang baik dan ikuti jalan orang-orang yang kembali kepada-Ku kemudian hanya kepada-Ku lah kembalimu maka Aku kabarkan kepadamu apa yang kamu kerjakan" [Luqman : 15]
Berbakti dan taat kepada orang tua terbatas pada perkara yang ma'ruf. Adapun apabila orang tua menyuruh kepada kekafiran, maka tidak boleh taat kepada keduanya. Allah berfirman.
وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حُسْنًا ۖ وَإِنْ جَاهَدَاكَ لِتُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا
"Dan Kami wajibkan kepada manusia (berbuat) kebaikan kepada kedua orang tuanya. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya.." [Al-Ankabut : 8]
Serta surat Al-Ahqaaf ayat 15-16.
وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ إِحْسَانًا ۖ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ كُرْهًا وَوَضَعَتْهُ كُرْهًا ۖ وَحَمْلُهُ وَفِصَالُهُ ثَلَاثُونَ شَهْرًا ۚ حَتَّىٰ إِذَا بَلَغَ أَشُدَّهُ وَبَلَغَ أَرْبَعِينَ سَنَةً قَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَىٰ وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَصْلِحْ لِي فِي ذُرِّيَّتِي ۖ إِنِّي تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّي مِنَ الْمُسْلِمِينَ
" Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun, ia berdo'a "Ya Rabb-ku, tunjukilah aku untuk menysukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku dan supaya aku dapat berbuat amal yang shalih yang Engkau ridlai, berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri" [Al-Ahqaaf : 15]
أُولَٰئِكَ الَّذِينَ نَتَقَبَّلُ عَنْهُمْ أَحْسَنَ مَا عَمِلُوا وَنَتَجَاوَزُ عَنْ سَيِّئَاتِهِمْ فِي أَصْحَابِ الْجَنَّةِ ۖ وَعْدَ الصِّدْقِ الَّذِي كَانُوا يُوعَدُونَ
" Mereka itulah orang-orang yang Kami terima dari mereka amal yang baik yang telah mereka kerjakan dan Kami ampuni kesalahan-kesalahan mereka, bersama penghuni-penghuni surga, sebagai janji yang benar yang telah dijanjikan kepada mereka" [Al-Ahqaaf : 16]
Sedangkan tentang anak durhaka kepada kedua orang tuanya terdapat di dalam surat Al-Ahqaaf ayat 17-20.
وَالَّذِي قَالَ لِوَالِدَيْهِ أُفٍّ لَكُمَا أَتَعِدَانِنِي أَنْ أُخْرَجَ وَقَدْ خَلَتِ الْقُرُونُ مِنْ قَبْلِي وَهُمَا يَسْتَغِيثَانِ اللَّهَ وَيْلَكَ آمِنْ إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ فَيَقُولُ مَا هَٰذَا إِلَّا أَسَاطِيرُ الْأَوَّلِينَ
"Dan orang yang berkata kepada kedua orang tuanya, 'Cis (ah)' bagi kamu keduanya, apakah kamu keduanya memperingatkan kepadaku bahwa aku akan dibangkitkan, padahal sungguh telah berlalu beberapa umat sebelumku ? lalu kedua orang tua itu memohon pertolongan kepada Allah seraya mengatakan, "Celaka kamu, berimanlah ! Sesungguhnya janji Allah adalah benar" Lalu dia berkata, "Ini tidak lain hanyalah dongengan orang-orang dahulu" [Al-Ahqaaf : 17]
أُولَٰئِكَ الَّذِينَ حَقَّ عَلَيْهِمُ الْقَوْلُ فِي أُمَمٍ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِمْ مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ ۖ إِنَّهُمْ كَانُوا خَاسِرِينَ
"Mereka itulah orang-orang yang telah pasti ketetapan (adzab) atas mereka, bersama-sama umat-umat yang telah berlalu sebelum mereka dari jin dan manusia. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang merugi" [Al-Ahqaaf : 18]
Sedangkan dalam surat Al-Baqarah ayat 215
يَسْأَلُونَكَ مَاذَا يُنْفِقُونَ ۖ قُلْ مَا أَنْفَقْتُمْ مِنْ خَيْرٍ فَلِلْوَالِدَيْنِ وَالْأَقْرَبِينَ وَالْيَتَامَىٰ وَالْمَسَاكِينِ وَابْنِ السَّبِيلِ ۗ وَمَا تَفْعَلُوا مِنْ خَيْرٍ فَإِنَّ اللَّهَ بِهِ عَلِيمٌ
"Mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang apa yang mereka infakkan. Jawablah, "Harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu bapakmu, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan. Dan apa saja kebajikan yang kamu perbuat sesungguhnya Allah Maha Mengetahui" [Al-Baqarah : 215]
Banyak sekali ayat-ayat di dalam Al-Qur'an yang menerangkan tentang wajibnya berbakti kepada kedua orang tua. Dalam surat Luqman, Allah menyebutkan wajibnya seorang anak berbakti kepada kedua orang tua dan bersyukur kepadanya serta disebutkan juga tentang larangan mengikuti orang tua jika orang tua tersebut mengajak kepada syirik.
[Disalin dari Kitab Birrul Walidain, edisi Indonesia Berbakti Kepada Kedua Orang Tua, Penulis Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Penerbit Darul Qolam. Komplek Depkes Jl. Raya Rawa Bambu Blok A2, Pasar Minggu - Jakarta. Cetakan I Th 1422H /2002M]
7. Ayat-ayat Al Qur'an Tentang Berbakti Kepada Orang Tua
1. Taat
kepada orang tua
“Hai orang-orang beriman, janganlah kamu jadikan bapa-bapa dan saudara-saudaramu menjadi wali(mu), jika mereka lebih mengutamakan kekafiran atas keimanan dan siapa di antara kamu yang menjadikan mereka wali, maka mereka itulah orang-orang yang zalim”. (Q.S At Taubah, 9:23)
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia”. (Q.S Al Israa’, 17:23)
“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.” (Q.S Al Israa’, 17:24)
“Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu-bapaknya. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya. Hanya kepada-Ku-lah kembalimu, lalu Aku kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (Q.S Al ‘Ankabuut, 29:8)
“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”. (Q.S Luqman, 31:15)
“Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.” (Q.S Ash Shaafaat, 37:102)
2. Mendo’akan orang tua
“Ya Tuhan kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapaku dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab (hari kiamat).” (Q.S Ibrahim, 14:41)
“…”Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.” (Q.S Al Israa’, 17:24)
“…”Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu, aku akan memintakan ampun bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku. (Q.S Maryam, 19:47)
“dan ampunilah bapakku, karena sesungguhnya ia adalah termasuk golongan orang-orang yang sesat, (Q.S Asy Syu’araa’, 26:86)
“Ya Tuhanku! Ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku dengan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan. Dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain kebinasaan.” (Q.S Nuh, 71:28)
3. Berbakti kepada orang tua
“Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat kebaikanlah kepada ibu bapa, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu berpaling”. (Q.S Al Baqarah, 2:83)
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri”, (Q.S An Nisaa’, 4:36)
“Katakanlah: “Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapa, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan, Kami akan memberi rezki kepadamu dan kepada mereka, dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar.” Demikian itu yang diperintahkan kepadamu supaya kamu memahami(nya)”. (Q.S Al An’aam, 6:151)
“Maka tatkala mereka masuk ke (tempat) Yusuf: Yusuf merangkul ibu bapanya dan dia berkata: “Masuklah kamu ke negeri Mesir, insya Allah dalam keadaan aman.” Dan ia menaikkan kedua ibu-bapanya ke atas singgasana. Dan mereka (semuanya) merebahkan diri seraya sujud kepada Yusuf.
Dan berkata Yusuf:
“Wahai ayahku inilah ta’bir mimpiku yang dahulu itu; sesungguhnya Tuhanku telah menjadikannya suatu kenyataan. Dan sesungguhnya Tuhanku telah berbuat baik kepadaku, ketika Dia membebaskan aku dari rumah penjara dan ketika membawa kamu dari dusun padang pasir, setelah syaitan merusakkan (hubungan) antaraku dan saudara-saudaraku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Lembut terhadap apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (Q.S Yusuf, 12:99-100)
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia”. (Q.S Al Israa’, 17:23)
“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.” (Q.S Al Israa’, 17:24)
“dan seorang yang berbakti kepada kedua orang tuanya, dan bukanlah ia orang yang sombong lagi durhaka”. (Q.S Maryam, 19:14)
“dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka”. (Q.S Maryam, 19:32)
“Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu- bapaknya. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya. Hanya kepada-Ku-lah kembalimu, lalu Aku kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”. (Q.S Al Ankabuut, 29:8)
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu”. (Q.S Luqman, 31:14)
“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa:
“Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.” (Q.S Al Ahqaaf, 46:15)
4. Memberi nafkah kedua orang tua
“Mereka bertanya tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah: “Apa saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan.” Dan apa saja kebaikan yang kamu buat, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahuinya”. (Q.S Al Baqarah, 2:215)
“Maka berikanlah kepada kerabat yang terdekat akan haknya, demikian (pula) kepada fakir miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan. Itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang mencari keridhaan Allah; dan mereka itulah orang-orang beruntung”. (Q.S Ar Ruum, 30:38)
5. Nasihat anak kepada orang tua
“Ingatlah ketika ia berkata kepada bapaknya; “Wahai bapakku, mengapa kamu menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat dan tidak dapat menolong kamu sedikitpun?” (Q.S Maryam, 19:42)
“Wahai bapakku, sesungguhnya telah datang kepadaku sebahagian ilmu pengetahuan yang tidak datang kepadamu, maka ikutilah aku, niscaya aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang lurus”. (Q.S Maryam, 19:43)
“Wahai bapakku, janganlah kamu menyembah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu durhaka kepada Tuhan Yang Maha Pemurah”. (Q.S Maryam, 19:44)
“Wahai bapakku, sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu akan ditimpa azab dari Tuhan Yang Maha Pemurah, maka kamu menjadi kawan bagi syaitan.” (Q.S Maryam, 19:45)
“Hai orang-orang beriman, janganlah kamu jadikan bapa-bapa dan saudara-saudaramu menjadi wali(mu), jika mereka lebih mengutamakan kekafiran atas keimanan dan siapa di antara kamu yang menjadikan mereka wali, maka mereka itulah orang-orang yang zalim”. (Q.S At Taubah, 9:23)
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia”. (Q.S Al Israa’, 17:23)
“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.” (Q.S Al Israa’, 17:24)
“Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu-bapaknya. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya. Hanya kepada-Ku-lah kembalimu, lalu Aku kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (Q.S Al ‘Ankabuut, 29:8)
“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”. (Q.S Luqman, 31:15)
“Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.” (Q.S Ash Shaafaat, 37:102)
2. Mendo’akan orang tua
“Ya Tuhan kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapaku dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab (hari kiamat).” (Q.S Ibrahim, 14:41)
“…”Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.” (Q.S Al Israa’, 17:24)
“…”Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu, aku akan memintakan ampun bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku. (Q.S Maryam, 19:47)
“dan ampunilah bapakku, karena sesungguhnya ia adalah termasuk golongan orang-orang yang sesat, (Q.S Asy Syu’araa’, 26:86)
“Ya Tuhanku! Ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku dengan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan. Dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain kebinasaan.” (Q.S Nuh, 71:28)
3. Berbakti kepada orang tua
“Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat kebaikanlah kepada ibu bapa, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu berpaling”. (Q.S Al Baqarah, 2:83)
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri”, (Q.S An Nisaa’, 4:36)
“Katakanlah: “Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapa, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan, Kami akan memberi rezki kepadamu dan kepada mereka, dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar.” Demikian itu yang diperintahkan kepadamu supaya kamu memahami(nya)”. (Q.S Al An’aam, 6:151)
“Maka tatkala mereka masuk ke (tempat) Yusuf: Yusuf merangkul ibu bapanya dan dia berkata: “Masuklah kamu ke negeri Mesir, insya Allah dalam keadaan aman.” Dan ia menaikkan kedua ibu-bapanya ke atas singgasana. Dan mereka (semuanya) merebahkan diri seraya sujud kepada Yusuf.
Dan berkata Yusuf:
“Wahai ayahku inilah ta’bir mimpiku yang dahulu itu; sesungguhnya Tuhanku telah menjadikannya suatu kenyataan. Dan sesungguhnya Tuhanku telah berbuat baik kepadaku, ketika Dia membebaskan aku dari rumah penjara dan ketika membawa kamu dari dusun padang pasir, setelah syaitan merusakkan (hubungan) antaraku dan saudara-saudaraku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Lembut terhadap apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (Q.S Yusuf, 12:99-100)
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia”. (Q.S Al Israa’, 17:23)
“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.” (Q.S Al Israa’, 17:24)
“dan seorang yang berbakti kepada kedua orang tuanya, dan bukanlah ia orang yang sombong lagi durhaka”. (Q.S Maryam, 19:14)
“dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka”. (Q.S Maryam, 19:32)
“Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu- bapaknya. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya. Hanya kepada-Ku-lah kembalimu, lalu Aku kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”. (Q.S Al Ankabuut, 29:8)
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu”. (Q.S Luqman, 31:14)
“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa:
“Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.” (Q.S Al Ahqaaf, 46:15)
4. Memberi nafkah kedua orang tua
“Mereka bertanya tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah: “Apa saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan.” Dan apa saja kebaikan yang kamu buat, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahuinya”. (Q.S Al Baqarah, 2:215)
“Maka berikanlah kepada kerabat yang terdekat akan haknya, demikian (pula) kepada fakir miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan. Itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang mencari keridhaan Allah; dan mereka itulah orang-orang beruntung”. (Q.S Ar Ruum, 30:38)
5. Nasihat anak kepada orang tua
“Ingatlah ketika ia berkata kepada bapaknya; “Wahai bapakku, mengapa kamu menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat dan tidak dapat menolong kamu sedikitpun?” (Q.S Maryam, 19:42)
“Wahai bapakku, sesungguhnya telah datang kepadaku sebahagian ilmu pengetahuan yang tidak datang kepadamu, maka ikutilah aku, niscaya aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang lurus”. (Q.S Maryam, 19:43)
“Wahai bapakku, janganlah kamu menyembah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu durhaka kepada Tuhan Yang Maha Pemurah”. (Q.S Maryam, 19:44)
“Wahai bapakku, sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu akan ditimpa azab dari Tuhan Yang Maha Pemurah, maka kamu menjadi kawan bagi syaitan.” (Q.S Maryam, 19:45)
BAB 3
PENUTUP
Berdasarkan
uraian yang telah penulis kemukakan mulai dari bab I sampai
bab IV, maka makalah
dengan judul “Konsep Al-Qur’an tentang Pembentukan
Kepribadian Muslim
(Telaah Surat An-Nisa’ ayat 36 dalam Perspektif Konseling
Islam) dapat penulis
simpulkan sebagai berikut:
Berdasarkan tafsir
al-Qur'an surat an-Nisa’ ayat 36 yang telah diterangkan
secara rinci di atas,
dapat diketahui bahwa ayat tersebut mengandung petunjuk dan
perintah dari Allah
SWT yang mencakup: Kewajiban manusia kepada Allah SWT
ialah dengan
menyembah-Nya dan beribadah kepada-Nya dengan khusu’ dan ta’at,
tidak boleh
mempersekutukan Allah SWT dengan sesuatu, hendaklah berbuat baik
kepada ibu bapak,
karena keduanya itu adalah manusia yang berjasa, termasuk
kewajiban sesama
manusia, ialah berbuat baik kepada kerabat karib, anak yatim,
orang-orang miskin,
tetangga, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahaya,
hendaknya jangan
menjadi orang yang sombong dan takabur, suka membanggakan
diri, sebab sifat ini
sangat dibenci oleh Allah SWT. Nasehat dan petunjuk tersebut
merupakan manifestasi
dari kepribadian muslim dalam menjunjung tinggi ajaran
agama yang diemban
Rasulullah SAW, dimana peraturan yang terkandung dalam
ajaran Islam ini
memberikan tatanan kehidupan yang membawa rahmat bagi yang
96
menjalankan, supaya
terbentuk suatu keluarga, masyarakat dan umat yang baik,
harmonis dan memiliki
integritas yang kuat.
Implementasi konsep
al-Qur'an surat an-Nisa’ ayat 36 tentang pembentukan
kepribadian muslim
dalam perspektif Konseling Islam merupakan sebagai ilmu
terapan dakwah (al-Irsyad)
yang berperan penting dan memberi kontribusi bagi
pelaksanaan ajaran
agama Islam dalam menyeru, menasehati, mengajak manusia
kepada jalan
kebenaran. Peran konselor Islam dalam membimbing dan mengarahkan
umat manusia kepada
pembentukan kepribadian muslim merupakan suatu bentuk
kewajiban bersama dan
tanggung jawab yang diemban dalam menjalankan misi
dakwah Islam. Usaha
pemberian bantuan yang dilakukan konselor mengarah pada
fungsi konseling
Islam, yang meliputi: Pertama, usaha preventif, yaitu menjaga dan
mencegah pribadi
muslim yang telah melanggar aturan agama untuk kembali pada
ketentuan yang
digambarkan dalam surat an-Nisa’ ayat 36. Kedua, usaha kuratif,
yaitu membantu
individu muslim agar dapat memecahkan dan menyelesaikan
masalah yang sedang
dialami. Ketiga, usaha preservatif, yaitu membantu pribadi
muslim menjaga agar
situasi dan kondisi yang semula tidak baik (mengandung
masalah) menjadi baik
(terpecahkan) dan kebaikan itu bertahan lama. Keempat,
developmental,
yaitu memelihara pribadi muslim yang telah baik tidak menjadi
buruk kembali serta
mengembangkan pribadi muslim yang sudah baik menjadi lebih
baik. Usaha konseling
Islam ini dijadikan sebagai rumusan guna membantu pribadi
dalam merubah dan
membentuk kepribadian muslim yang mardhatillah, sehingga
memungkinkan tatanan
kehidupan umat manusia menjadi selaras dengan apa yang
termaktub dalam surat
an-Nisa’ ayat 36. Dari keempat fungsi konseling tersebut,
97
mengacu pada tiga
taraf dalam pembentukan kepribadian seseorang, yaitu:
pembiasaan atau
keteladanan, pembentukan pengertian, minat dan sikap,
pembentukan
keruhanian yang luhur. Ketiga taraf pembentukan kepribadian tersebut
merupakan sebagai
upaya yang dilakukan oleh konselor Islam dalam pembentukan
kepribadian muslim,
yang substansinya menekankan pada proses untuk membantu
individu (personality)
agar tertanam kepribadian, yaitu: memahami bagaimana
ketentuan daan
petunjuk Allah SWT tentang kehidupan beragama; menghayati
ketentuan Allah SWT
dan petunjuk tersebut, dan mampu menjalankan ketentuan dan
petunjuk Allah SWT
untuk beragama dengan benar (beragama Islam).
5.2.
Saran-saran
Yang menjadi bahan
pertimbangan penulis serta beberapa persoalan yang
muncul dari
penelitian penulis, maka ada beberapa hal yang dapat penulis
kemukakan sebagai
saran, yaitu sebagai berikut:
1. Sebagaimana yang
terkandung dalam al-Qur'an surat an-Nisa’ ayat 36 yang
menjelaskan tentang
perintah Allah SWT mengenai pembentukan kepribadian
muslim, perlu sekali
direalisasikan secara optimal khususnya oleh konselor
Islam, mubaligh,
da’i, para juru penerang sebagai bentuk keteladanan dalam
membimbing umat
kepada langkah yang lebih progresif guna mencapai
kebahagiaan di dunia
dan akhirat.
2. Perlu adanya kerja
sama dari berbagai pihak komponen umat Islam secara sadar
dan menyeluruh
memahami ajaran agama Islam tentang pentingnya hidup yang
harmonis, saling
mendukung dan saling melengkapi kemaslahatan umat guna
98
tercapai tatanan
kehidupan umat yang selaras, merata, madani (mawaddah wa
rahmah)
sesuai dengan tuntunan ajaran Allah SWT dan Rasulullah SAW. Kerja
sama ini diterapkan
dalam segi kehidupan, misalnya penegakan zakat untuk
membantu anak yatim
dan fakir miskin, fasilitas dan mutu pendidikan agama
ditingkatkan dan lain
sebagainya.
5.3.
Penutup
Dengan
terselesaikannya penulisan skripsi dari bab pertama hingga bab
kelima, berarti
terselesaikan sudah kewajiban bagi penulis untuk membuat skripsi
sebagai syarat
kelulusan. Atas itu semua penulis memanjatkan syukur ke hadirat
Allah Swt yang telah
memberikan jalan kemudahan bagi penulis. Harapan penulis,
semoga hasil
penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang
berkepentingan, di
balik segala kekurangan dan kelebihan di dalamnya. Menyadari
akan hal ini, maka
penulis tidak menutup diri atas segala masukan dalam bentuk
kritik dan saran.
Kesemuanya itu akan penulis jadikan sebagai bahan pertimbangan
dalam perbaikan kelak
di kemudian hari.
Akhirnya penulis
berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan
khasanah keilmuan
Islam, khususnya kepada penulis dan umumnya kepada pembaca
budiman. Amin ya Rabbal ‘Alamin.
DAFTAR
PUSTAKA
http://www.solusiislam.com/2013/05/anjuran-untuk-berbakti-kepada-orang-tua.htmlhttp://www.quran.al-shia.org/id/lib/84.htm

Tidak ada komentar:
Posting Komentar